Tradisi Halal Bihalal: Menyatukan Keluarga dan Masyarakat
17/04/2025 | Penulis: admin
BAZNASDIY
Setelah sebulan penuh menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan, umat Islam di seluruh penjuru dunia merayakan hari kemenangan, Idul Fitri. Di Indonesia, momen ini tidak hanya diwarnai dengan takbir, salat Id, dan sajian khas Lebaran, tetapi juga dengan sebuah tradisi yang sangat lekat dengan kehidupan sosial masyarakat: halal bihalal.
Asal-Usul Tradisi Halal Bihalal
Halal bihalal merupakan tradisi khas Indonesia yang tidak ditemukan secara eksplisit dalam ajaran Islam di Timur Tengah atau negara Muslim lainnya. Istilah ini dipercaya pertama kali dipopulerkan pada masa Presiden Soekarno, sebagai bentuk silaturahmi massal pasca Idul Fitri yang bertujuan menyatukan para tokoh bangsa yang sempat berselisih. Dari sanalah, tradisi ini kemudian menyebar ke masyarakat luas dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Lebaran di Indonesia.
Makna di Balik Halal Bihalal
Secara harfiah, halal berarti diperbolehkan atau dibenarkan menurut syariat, dan pengulangan kata ini menjadi halal bihalal bisa dimaknai sebagai upaya saling menghalalkan kesalahan dan memaafkan satu sama lain. Tradisi ini menjadi sarana bagi setiap individu untuk saling meminta maaf, membuka pintu maaf, dan mempererat kembali hubungan yang mungkin sempat renggang.
Menyatukan Keluarga dan Masyarakat
Halal bihalal biasanya dimulai dari lingkup keluarga, lalu meluas ke tetangga, lingkungan RT/RW, kantor, bahkan ke komunitas yang lebih besar. Dalam tradisi ini, tak ada hirarki sosial yang menghalangi. Semua orang dipersilakan untuk saling berjabat tangan, menyampaikan permohonan maaf, dan melebur dalam kebersamaan.
Dalam keluarga besar, halal bihalal menjadi momen yang mempertemukan kerabat jauh yang jarang bersua. Sementara dalam lingkungan masyarakat, tradisi ini menciptakan suasana guyub dan harmonis, menumbuhkan rasa saling percaya, serta memperkuat ikatan sosial antarwarga.
Nilai yang Perlu Dilestarikan
Di tengah modernisasi dan perkembangan zaman, tradisi halal bihalal tetap relevan. Di era digital yang cenderung membuat hubungan antarindividu lebih virtual dan kurang personal, momen halal bihalal mengajarkan pentingnya interaksi langsung, empati, dan ketulusan dalam membangun hubungan sosial.
Tradisi ini juga menjadi refleksi nilai-nilai Islam seperti ukhuwah (persaudaraan), ta’awun (tolong-menolong), dan tasamuh (toleransi), yang penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Halal bihalal bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan warisan budaya yang sarat nilai spiritual dan sosial. Dalam setiap jabat tangan dan ucapan maaf, tersimpan harapan akan hubungan yang lebih baik, hati yang lebih lapang, dan masyarakat yang lebih rukun. Mari kita jaga dan terus lestarikan tradisi ini, agar bulan Syawal selalu menjadi titik awal rekonsiliasi dan kebersamaan.
Berita Lainnya
BAZNAS DIY Serahkan Program BAZNAS Microfinance Masjid di Masjid Al-Amin, Sleman
BAZNAS DIY Perkuat Respons Bencana Lewat Penghimpunan Donasi untuk Aceh, Sumut, dan Sumbar
Momentum HDI 2025, BAZNAS DIY Bantu Modal Usaha dan Kursi Roda bagi Disabilitas
BAZNAS DIY Ajak Peduli Korban Bencana pada HAKORDIA 2025
Ketua BAZNAS DIY, Dra. Hj. Puji Astuti, M.Si., menghadiri Wisuda Santri ke-IV Majelis Taklim Shirotol Mustaqim di Lapas Kelas IIB Wonosari
BAZNAS DIY Perkuat Respons Bencana Lewat Penghimpunan Donasi untuk Aceh, Sumut, dan Sumbar

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS
