WhatsApp Icon
BAZNAS DIY Salurkan Bantuan Beras ke Panti Asuhan dan Pondok Pesantren

Sleman & Bantul – BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menyalurkan bantuan sosial berupa beras kepada sejumlah panti asuhan dan pondok pesantren. Penyaluran dilakukan di dua lokasi, yakni Sayegan, Sleman dan Kasihan, Bantul.

Bantuan ini merupakan bagian dari program pendistribusian zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang dikelola BAZNAS DIY, dengan tujuan membantu memenuhi kebutuhan pangan sekaligus meringankan beban lembaga-lembaga pengasuhan dan pendidikan Islam.

 

BAZNAS DIY berharap, bantuan ini dapat memberikan manfaat nyata serta mendukung keberlangsungan kegiatan belajar-mengajar dan pengasuhan di panti asuhan maupun pondok pesantren penerima manfaat.

16/09/2025 | Kontributor: admin
Pengertian Iman: Dari Segi Bahasa, Istilah, dan Hakikat

Sebagai seorang muslim, memahami arti iman merupakan hal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Banyak umat Islam yang sering ditanya tentang bagaimana menjelaskan makna iman secara lengkap. Oleh karena itu, ketika diminta untuk jelaskan pengertian iman, maka kita perlu mengetahui bahwa iman tidak hanya sekadar keyakinan di dalam hati, tetapi juga mencakup ucapan dan perbuatan.

Iman memiliki kedudukan yang fundamental dalam ajaran Islam, bahkan menjadi salah satu pilar utama dalam Rukun Iman yang enam. Dengan memahami secara menyeluruh, mulai dari segi bahasa, istilah, hingga hakikatnya, seorang muslim akan mampu memperkuat akidahnya dan menegakkan amal saleh dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, artikel ini akan berfokus pada permintaan untuk jelaskan pengertian iman dari tiga sudut pandang: bahasa, istilah, dan hakikat, agar pembahasan lebih jelas dan menyeluruh.


1. Jelaskan Pengertian Iman dari Segi Bahasa

Ketika diminta untuk jelaskan pengertian iman dari segi bahasa, maka kita perlu menelusuri asal kata iman yang berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata al-iman yang memiliki akar kata amn yang berarti aman, tenteram, dan percaya. Dalam arti bahasa, iman berarti membenarkan sesuatu dengan hati, menerima dengan sepenuh keyakinan, serta merasa tenang atas kebenaran yang diyakini.

Para ulama bahasa menjelaskan bahwa jika seseorang diminta untuk jelaskan pengertian iman dari sisi lughawinya (bahasa), maka iman adalah keyakinan yang menumbuhkan rasa aman dalam jiwa. Seorang mukmin (orang yang beriman) disebut demikian karena dirinya memiliki rasa percaya kepada Allah dan segala kebenaran yang diturunkan-Nya. Dengan kata lain, iman memberikan ketenteraman batin.

Dalam praktik sehari-hari, jika kita menelaah dan berusaha jelaskan pengertian iman secara sederhana menurut bahasa, maka iman adalah kepercayaan yang melahirkan rasa tenang. Misalnya, ketika seorang muslim percaya kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari kiamat, dan takdir, maka kepercayaannya itu menghadirkan ketenangan karena ia yakin bahwa hidupnya berada dalam lindungan Allah.

Lebih jauh, jika kita jelaskan pengertian iman dari bahasa Arab, maka iman bukan hanya percaya secara lisan, tetapi mencakup pengakuan hati yang penuh keikhlasan. Karena itu, para ahli tafsir dan bahasa menyebutkan bahwa iman adalah lawan dari kufur. Kufur berarti menolak atau mengingkari, sedangkan iman berarti menerima dan membenarkan.

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa ketika diminta untuk jelaskan pengertian iman dari segi bahasa, maka yang dimaksud adalah sebuah keyakinan yang melahirkan rasa aman, percaya, dan membenarkan dengan sepenuh hati. Hal ini menjadi dasar penting sebelum masuk ke pengertian iman dalam istilah syariat.


2. Jelaskan Pengertian Iman dari Segi Istilah

Jika kita melanjutkan pembahasan untuk jelaskan pengertian iman dari segi istilah, maka kita harus merujuk pada penjelasan para ulama akidah. Dalam istilah syariat, iman berarti keyakinan di dalam hati, pengakuan dengan lisan, dan pembuktian dengan perbuatan. Definisi ini dipegang oleh mayoritas ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Ketika seseorang diminta untuk jelaskan pengertian iman menurut istilah, maka perlu ditegaskan bahwa iman bukan sekadar rasa percaya di dalam hati, melainkan harus diwujudkan dengan amal saleh. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim: “Iman itu terdiri dari lebih dari tujuh puluh cabang, yang paling tinggi adalah ucapan ‘La ilaha illallah’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa malu adalah salah satu cabang dari iman.”

Dengan hadis ini, jika kita jelaskan pengertian iman, maka jelas bahwa iman memiliki dimensi yang luas: keyakinan, ucapan, dan perbuatan. Hal ini menegaskan bahwa iman dapat bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Ketika ulama klasik diminta untuk jelaskan pengertian iman dari segi istilah, Imam Abu Hanifah menjelaskan bahwa iman adalah pembenaran hati terhadap Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal menegaskan bahwa iman mencakup keyakinan, ucapan, dan amal perbuatan. Perbedaan ini lebih kepada penekanan, namun secara prinsip semua sepakat bahwa iman tidak berhenti hanya di hati.

Lebih dalam lagi, saat seseorang ingin jelaskan pengertian iman, maka ia harus mengingat bahwa iman adalah pondasi amal. Tanpa iman, amal perbuatan seorang hamba tidak akan diterima di sisi Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Kahfi <18>: 110, “Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”

Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa ketika diminta untuk jelaskan pengertian iman dari segi istilah, maka iman adalah keyakinan yang melahirkan amal, bukan sekadar ucapan kosong tanpa pembuktian nyata.


3. Jelaskan Pengertian Iman dari Segi Hakikat

Selanjutnya, jika seseorang ingin jelaskan pengertian iman dari segi hakikat, maka ia akan membahas makna iman secara mendalam dalam kehidupan manusia. Hakikat iman adalah cahaya yang Allah tanamkan di dalam hati seorang hamba, yang membimbingnya menuju ketaatan dan menjauhkan dari kemaksiatan.

Dalam pembahasan akidah, jika kita jelaskan pengertian iman dari segi hakikat, maka iman adalah hubungan spiritual antara manusia dengan Allah yang melahirkan ketundukan total. Dengan iman, seorang muslim rela mengorbankan apa saja demi keridaan Allah. Iman bukan sekadar konsep teoritis, tetapi hakikat yang hidup dan dirasakan dalam setiap tindakan.

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa ketika seseorang ingin jelaskan pengertian iman, maka hakikatnya iman adalah perilaku nyata yang lahir dari hati yang ikhlas.

Lebih jauh, ulama tasawuf ketika diminta untuk jelaskan pengertian iman dari segi hakikat, mereka menggambarkan iman sebagai cahaya yang menenangkan hati. Iman membuat seseorang yakin bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah, sehingga ia sabar dalam ujian dan syukur dalam nikmat. Hakikat iman inilah yang membuat seorang mukmin kuat dalam menghadapi segala cobaan.

Oleh karena itu, saat kita jelaskan pengertian iman dari segi hakikat, maka yang dimaksud bukan hanya teori, melainkan pengalaman spiritual yang nyata. Seorang mukmin sejati akan merasakan bahwa iman adalah energi yang menuntun langkah hidupnya.


Dari seluruh uraian di atas, jelaslah bahwa ketika diminta untuk jelaskan pengertian iman, kita harus melihatnya dari berbagai sudut pandang. Dari segi bahasa, iman berarti membenarkan dan merasa aman. Dari segi istilah, iman berarti keyakinan hati, ucapan lisan, dan pembuktian dengan amal perbuatan. Sementara dari segi hakikat, iman adalah cahaya yang menuntun hidup seorang muslim menuju ketundukan total kepada Allah.

Dengan demikian, jawaban untuk jelaskan pengertian iman bukan hanya sekadar definisi singkat, melainkan pemahaman yang mendalam tentang akidah, amal, dan pengalaman spiritual. Semoga dengan memahami hal ini, iman kita semakin kuat dan bisa menjadi bekal utama dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

02/09/2025 | Kontributor: admin
Selamat &amp; Sukses Atas dilantiknya Ibu Ni Made Dwipanti Indrayanti sebagai Sekretaris Daerah DIY.

Dalam setiap amanah terdapat doa dan harapan kebaikan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kemudahan dan keberkahan dalam setiap ikhtiar, sehingga amanah yang dijalankan menjadi jalan kebermanfaatan.

16/09/2025 | Kontributor: admin
Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Bambang Sujarwo Tunjukkan Teladan, Tunaikan Zakat di BAZNAS DIY

Yogyakarta – Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Bambang Sujarwo, S.H., M.Sos., M.M. menunaikan zakat melalui BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai wujud kepedulian dan komitmen dalam mendukung pengelolaan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang profesional dan amanah.

Penyerahan zakat tersebut dilakukan di Korem 072/Pamungkas dan diterima langsung oleh Ketua BAZNAS DIY, Dra. Hj. Puji Astuti, M.Si.

Dalam kesempatan itu, Danrem 072/Pamungkas menyampaikan dukungannya terhadap peran BAZNAS DIY sebagai lembaga resmi negara dalam mengelola zakat. Beliau berharap zakat yang ditunaikan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat, khususnya kaum dhuafa dan mustahik di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sementara itu, Ketua BAZNAS DIY mengapresiasi dan menyampaikan terima kasih atas kepercayaan Danrem 072/Pamungkas menunaikan zakat melalui BAZNAS. Hal ini menjadi contoh teladan dalam menguatkan kesadaran berzakat sekaligus memperkuat sinergi antara BAZNAS DIY dan Korem 072/Pamungkas dalam program sosial kemasyarakatan.

 

BAZNAS DIY berkomitmen untuk terus menyalurkan dana zakat secara tepat sasaran, transparan, dan berdampak luas bagi kesejahteraan umat.

15/09/2025 | Kontributor: admin
BAZNAS DIY Audiensi ke Korem 072/Pamungkas, Perkuat Sinergi ZIS dan Program Kolaborasi

 

Yogyakarta – BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melaksanakan audiensi dengan Korem 072/Pamungkas dalam rangka memperkuat sinergi dan kolaborasi program, khususnya terkait penguatan Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) di lingkungan Korem.

Hadir dalam audiensi tersebut jajaran pimpinan BAZNAS DIY, yaitu Dra. Hj. Puji Astuti, M.Si (Ketua), H. Jazilus Sakhok, M.A., Ph.D (Wakil Ketua II), H. Ahmad Lutfi, S.S., M.A (Wakil Ketua IV), beserta staf pelaksana. Rombongan disambut langsung oleh Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Bambang Sujarwo, S.H., M.Sos., M.M.

Dalam pertemuan tersebut, BAZNAS DIY menyampaikan berbagai program yang telah berjalan, serta peluang kerja sama dalam penguatan penghimpunan dan penyaluran ZIS di lingkungan Korem. Kolaborasi ini diharapkan dapat menghadirkan manfaat yang lebih luas, baik di bidang sosial, pendidikan, kesehatan, maupun pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Danrem 072/Pamungkas menyambut baik langkah sinergi ini, sekaligus memberikan dukungan untuk memperkuat gerakan zakat di lingkungan prajurit dan keluarga besar Korem 072/Pamungkas.

 

Audiensi ini menjadi langkah awal yang strategis untuk membangun kerja sama berkelanjutan, dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan masyarakat serta memperkuat peran zakat sebagai instrumen ketahanan sosial.

15/09/2025 | Kontributor: admin

Berita Terbaru

BAZNAS DIY Salurkan Bantuan Beras ke Panti Asuhan dan Pondok Pesantren
BAZNAS DIY Salurkan Bantuan Beras ke Panti Asuhan dan Pondok Pesantren
Sleman &amp; Bantul – BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menyalurkan bantuan sosial berupa beras kepada sejumlah panti asuhan dan pondok pesantren. Penyaluran dilakukan di dua lokasi, yakni Sayegan, Sleman dan Kasihan, Bantul. Bantuan ini merupakan bagian dari program pendistribusian zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang dikelola BAZNAS DIY, dengan tujuan membantu memenuhi kebutuhan pangan sekaligus meringankan beban lembaga-lembaga pengasuhan dan pendidikan Islam. BAZNAS DIY berharap, bantuan ini dapat memberikan manfaat nyata serta mendukung keberlangsungan kegiatan belajar-mengajar dan pengasuhan di panti asuhan maupun pondok pesantren penerima manfaat.

16/09/2025 | admin

Pengertian Iman: Dari Segi Bahasa, Istilah, dan Hakikat
Pengertian Iman: Dari Segi Bahasa, Istilah, dan Hakikat
Sebagai seorang muslim, memahami arti iman merupakan hal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Banyak umat Islam yang sering ditanya tentang bagaimana menjelaskan makna iman secara lengkap. Oleh karena itu, ketika diminta untuk jelaskan pengertian iman, maka kita perlu mengetahui bahwa iman tidak hanya sekadar keyakinan di dalam hati, tetapi juga mencakup ucapan dan perbuatan. Iman memiliki kedudukan yang fundamental dalam ajaran Islam, bahkan menjadi salah satu pilar utama dalam Rukun Iman yang enam. Dengan memahami secara menyeluruh, mulai dari segi bahasa, istilah, hingga hakikatnya, seorang muslim akan mampu memperkuat akidahnya dan menegakkan amal saleh dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, artikel ini akan berfokus pada permintaan untuk jelaskan pengertian iman dari tiga sudut pandang: bahasa, istilah, dan hakikat, agar pembahasan lebih jelas dan menyeluruh. 1. Jelaskan Pengertian Iman dari Segi Bahasa Ketika diminta untuk jelaskan pengertian iman dari segi bahasa, maka kita perlu menelusuri asal kata iman yang berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata al-iman yang memiliki akar kata amn yang berarti aman, tenteram, dan percaya. Dalam arti bahasa, iman berarti membenarkan sesuatu dengan hati, menerima dengan sepenuh keyakinan, serta merasa tenang atas kebenaran yang diyakini. Para ulama bahasa menjelaskan bahwa jika seseorang diminta untuk jelaskan pengertian iman dari sisi lughawinya (bahasa), maka iman adalah keyakinan yang menumbuhkan rasa aman dalam jiwa. Seorang mukmin (orang yang beriman) disebut demikian karena dirinya memiliki rasa percaya kepada Allah dan segala kebenaran yang diturunkan-Nya. Dengan kata lain, iman memberikan ketenteraman batin. Dalam praktik sehari-hari, jika kita menelaah dan berusaha jelaskan pengertian iman secara sederhana menurut bahasa, maka iman adalah kepercayaan yang melahirkan rasa tenang. Misalnya, ketika seorang muslim percaya kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari kiamat, dan takdir, maka kepercayaannya itu menghadirkan ketenangan karena ia yakin bahwa hidupnya berada dalam lindungan Allah. Lebih jauh, jika kita jelaskan pengertian iman dari bahasa Arab, maka iman bukan hanya percaya secara lisan, tetapi mencakup pengakuan hati yang penuh keikhlasan. Karena itu, para ahli tafsir dan bahasa menyebutkan bahwa iman adalah lawan dari kufur. Kufur berarti menolak atau mengingkari, sedangkan iman berarti menerima dan membenarkan. Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa ketika diminta untuk jelaskan pengertian iman dari segi bahasa, maka yang dimaksud adalah sebuah keyakinan yang melahirkan rasa aman, percaya, dan membenarkan dengan sepenuh hati. Hal ini menjadi dasar penting sebelum masuk ke pengertian iman dalam istilah syariat. 2. Jelaskan Pengertian Iman dari Segi Istilah Jika kita melanjutkan pembahasan untuk jelaskan pengertian iman dari segi istilah, maka kita harus merujuk pada penjelasan para ulama akidah. Dalam istilah syariat, iman berarti keyakinan di dalam hati, pengakuan dengan lisan, dan pembuktian dengan perbuatan. Definisi ini dipegang oleh mayoritas ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Ketika seseorang diminta untuk jelaskan pengertian iman menurut istilah, maka perlu ditegaskan bahwa iman bukan sekadar rasa percaya di dalam hati, melainkan harus diwujudkan dengan amal saleh. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim: “Iman itu terdiri dari lebih dari tujuh puluh cabang, yang paling tinggi adalah ucapan ‘La ilaha illallah’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa malu adalah salah satu cabang dari iman.” Dengan hadis ini, jika kita jelaskan pengertian iman, maka jelas bahwa iman memiliki dimensi yang luas: keyakinan, ucapan, dan perbuatan. Hal ini menegaskan bahwa iman dapat bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Ketika ulama klasik diminta untuk jelaskan pengertian iman dari segi istilah, Imam Abu Hanifah menjelaskan bahwa iman adalah pembenaran hati terhadap Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal menegaskan bahwa iman mencakup keyakinan, ucapan, dan amal perbuatan. Perbedaan ini lebih kepada penekanan, namun secara prinsip semua sepakat bahwa iman tidak berhenti hanya di hati. Lebih dalam lagi, saat seseorang ingin jelaskan pengertian iman, maka ia harus mengingat bahwa iman adalah pondasi amal. Tanpa iman, amal perbuatan seorang hamba tidak akan diterima di sisi Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Kahfi &lt;18&gt;: 110, “Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa ketika diminta untuk jelaskan pengertian iman dari segi istilah, maka iman adalah keyakinan yang melahirkan amal, bukan sekadar ucapan kosong tanpa pembuktian nyata. 3. Jelaskan Pengertian Iman dari Segi Hakikat Selanjutnya, jika seseorang ingin jelaskan pengertian iman dari segi hakikat, maka ia akan membahas makna iman secara mendalam dalam kehidupan manusia. Hakikat iman adalah cahaya yang Allah tanamkan di dalam hati seorang hamba, yang membimbingnya menuju ketaatan dan menjauhkan dari kemaksiatan. Dalam pembahasan akidah, jika kita jelaskan pengertian iman dari segi hakikat, maka iman adalah hubungan spiritual antara manusia dengan Allah yang melahirkan ketundukan total. Dengan iman, seorang muslim rela mengorbankan apa saja demi keridaan Allah. Iman bukan sekadar konsep teoritis, tetapi hakikat yang hidup dan dirasakan dalam setiap tindakan. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa ketika seseorang ingin jelaskan pengertian iman, maka hakikatnya iman adalah perilaku nyata yang lahir dari hati yang ikhlas. Lebih jauh, ulama tasawuf ketika diminta untuk jelaskan pengertian iman dari segi hakikat, mereka menggambarkan iman sebagai cahaya yang menenangkan hati. Iman membuat seseorang yakin bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah, sehingga ia sabar dalam ujian dan syukur dalam nikmat. Hakikat iman inilah yang membuat seorang mukmin kuat dalam menghadapi segala cobaan. Oleh karena itu, saat kita jelaskan pengertian iman dari segi hakikat, maka yang dimaksud bukan hanya teori, melainkan pengalaman spiritual yang nyata. Seorang mukmin sejati akan merasakan bahwa iman adalah energi yang menuntun langkah hidupnya. Dari seluruh uraian di atas, jelaslah bahwa ketika diminta untuk jelaskan pengertian iman, kita harus melihatnya dari berbagai sudut pandang. Dari segi bahasa, iman berarti membenarkan dan merasa aman. Dari segi istilah, iman berarti keyakinan hati, ucapan lisan, dan pembuktian dengan amal perbuatan. Sementara dari segi hakikat, iman adalah cahaya yang menuntun hidup seorang muslim menuju ketundukan total kepada Allah. Dengan demikian, jawaban untuk jelaskan pengertian iman bukan hanya sekadar definisi singkat, melainkan pemahaman yang mendalam tentang akidah, amal, dan pengalaman spiritual. Semoga dengan memahami hal ini, iman kita semakin kuat dan bisa menjadi bekal utama dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

02/09/2025 | admin

Selamat & Sukses Atas dilantiknya Ibu Ni Made Dwipanti Indrayanti sebagai Sekretaris Daerah DIY.
Selamat & Sukses Atas dilantiknya Ibu Ni Made Dwipanti Indrayanti sebagai Sekretaris Daerah DIY.
Dalam setiap amanah terdapat doa dan harapan kebaikan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kemudahan dan keberkahan dalam setiap ikhtiar, sehingga amanah yang dijalankan menjadi jalan kebermanfaatan.

16/09/2025 | admin

Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Bambang Sujarwo Tunjukkan Teladan, Tunaikan Zakat di BAZNAS DIY
Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Bambang Sujarwo Tunjukkan Teladan, Tunaikan Zakat di BAZNAS DIY
Yogyakarta – Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Bambang Sujarwo, S.H., M.Sos., M.M. menunaikan zakat melalui BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai wujud kepedulian dan komitmen dalam mendukung pengelolaan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang profesional dan amanah. Penyerahan zakat tersebut dilakukan di Korem 072/Pamungkas dan diterima langsung oleh Ketua BAZNAS DIY, Dra. Hj. Puji Astuti, M.Si. Dalam kesempatan itu, Danrem 072/Pamungkas menyampaikan dukungannya terhadap peran BAZNAS DIY sebagai lembaga resmi negara dalam mengelola zakat. Beliau berharap zakat yang ditunaikan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat, khususnya kaum dhuafa dan mustahik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sementara itu, Ketua BAZNAS DIY mengapresiasi dan menyampaikan terima kasih atas kepercayaan Danrem 072/Pamungkas menunaikan zakat melalui BAZNAS. Hal ini menjadi contoh teladan dalam menguatkan kesadaran berzakat sekaligus memperkuat sinergi antara BAZNAS DIY dan Korem 072/Pamungkas dalam program sosial kemasyarakatan. BAZNAS DIY berkomitmen untuk terus menyalurkan dana zakat secara tepat sasaran, transparan, dan berdampak luas bagi kesejahteraan umat.

15/09/2025 | admin

BAZNAS DIY Audiensi ke Korem 072/Pamungkas, Perkuat Sinergi ZIS dan Program Kolaborasi
BAZNAS DIY Audiensi ke Korem 072/Pamungkas, Perkuat Sinergi ZIS dan Program Kolaborasi
Yogyakarta – BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melaksanakan audiensi dengan Korem 072/Pamungkas dalam rangka memperkuat sinergi dan kolaborasi program, khususnya terkait penguatan Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) di lingkungan Korem. Hadir dalam audiensi tersebut jajaran pimpinan BAZNAS DIY, yaitu Dra. Hj. Puji Astuti, M.Si (Ketua), H. Jazilus Sakhok, M.A., Ph.D (Wakil Ketua II), H. Ahmad Lutfi, S.S., M.A (Wakil Ketua IV), beserta staf pelaksana. Rombongan disambut langsung oleh Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Bambang Sujarwo, S.H., M.Sos., M.M. Dalam pertemuan tersebut, BAZNAS DIY menyampaikan berbagai program yang telah berjalan, serta peluang kerja sama dalam penguatan penghimpunan dan penyaluran ZIS di lingkungan Korem. Kolaborasi ini diharapkan dapat menghadirkan manfaat yang lebih luas, baik di bidang sosial, pendidikan, kesehatan, maupun pemberdayaan ekonomi masyarakat. Danrem 072/Pamungkas menyambut baik langkah sinergi ini, sekaligus memberikan dukungan untuk memperkuat gerakan zakat di lingkungan prajurit dan keluarga besar Korem 072/Pamungkas. Audiensi ini menjadi langkah awal yang strategis untuk membangun kerja sama berkelanjutan, dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan masyarakat serta memperkuat peran zakat sebagai instrumen ketahanan sosial.

15/09/2025 | admin

Makna Rukun Iman dan Rukun Islam: Perbedaan dan Hubungan Keduanya
Makna Rukun Iman dan Rukun Islam: Perbedaan dan Hubungan Keduanya
Sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk memahami dasar-dasar ajaran agama secara utuh. Salah satu hal paling mendasar adalah dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam yang menjadi pondasi kehidupan seorang mukmin. Rukun iman berkaitan dengan keyakinan hati yang tidak terlihat, sedangkan rukun Islam berkaitan dengan amal perbuatan nyata yang menjadi syiar seorang muslim. Banyak umat Islam yang hanya mengetahui jumlah rukun iman ada enam dan rukun Islam ada lima, namun belum tentu semua dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam secara mendalam. Padahal, pemahaman ini sangat penting agar kita tidak hanya beribadah secara ritual, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan menguraikan bagaimana kita dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam, memahami perbedaan keduanya, serta menemukan hubungan yang erat antara iman dan Islam dalam praktik kehidupan. Dengan pemahaman yang baik, seorang muslim bisa lebih mantap dalam keyakinan sekaligus istiqamah dalam ibadah. Rukun Iman dan Maknanya Rukun iman adalah pondasi keyakinan yang harus diyakini dalam hati seorang muslim. Ada enam hal yang menjadi pilar keimanan, yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari akhir, dan takdir baik maupun buruk. Seorang muslim dikatakan beriman apabila ia dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam, serta meyakininya dengan sepenuh hati. Pertama, iman kepada Allah. Keyakinan ini menuntut kita untuk percaya penuh bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Hal ini menjadi dasar bagi siapa pun yang ingin dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam karena tanpa keyakinan kepada Allah, semua ibadah tidak akan bernilai. Kedua, iman kepada malaikat. Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya, tidak memiliki hawa nafsu, dan senantiasa taat kepada Allah. Seorang muslim yang memahami hal ini berarti ia dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam dengan benar karena menyadari bahwa kehidupan manusia selalu diawasi oleh malaikat. Ketiga, iman kepada kitab-kitab Allah. Kitab-kitab ini adalah pedoman hidup yang Allah turunkan kepada para nabi, dan yang terakhir adalah Al-Qur’an sebagai kitab penyempurna. Pemahaman ini juga bagian penting agar seorang muslim benar-benar dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam dengan dasar yang kuat. Keempat, iman kepada para rasul. Allah mengutus rasul untuk menyampaikan risalah dan menjadi teladan. Rasul terakhir adalah Nabi Muhammad. Menyadari hal ini membuat seorang muslim semakin paham bahwa ia harus dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam tidak hanya dengan teori, tetapi juga dengan meneladani akhlak Rasulullah. Kelima, iman kepada hari akhir. Hari di mana seluruh amal manusia akan dihisab dan ditentukan balasannya. Keimanan kepada hari akhir menumbuhkan kesadaran bahwa hidup bukan hanya untuk dunia, melainkan juga untuk akhirat. Itulah sebabnya seorang muslim yang paham dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam akan lebih berhati-hati dalam hidupnya. Keenam, iman kepada takdir. Baik takdir baik maupun buruk, semua adalah ketentuan Allah. Keyakinan ini menumbuhkan sikap tawakal dan sabar. Maka seorang muslim yang benar-benar yakin pasti dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam secara komprehensif. Rukun Islam dan Maknanya Jika rukun iman menekankan aspek keyakinan, maka rukun Islam lebih menekankan pada amalan nyata. Ada lima rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim. Seorang muslim yang memahami dengan baik pasti dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam secara seimbang antara iman dan amal. Pertama, syahadat. Syahadat adalah pintu masuk ke dalam Islam, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Ini menjadi bukti awal bahwa seseorang dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam karena syahadat menghubungkan iman dengan Islam. Kedua, salat lima waktu. Salat adalah tiang agama yang wajib dilaksanakan sebagai bentuk penghambaan kepada Allah. Seorang muslim yang menjaga salat dengan baik menunjukkan bahwa ia dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam melalui ibadah sehari-hari. Ketiga, zakat. Zakat adalah kewajiban sosial yang bertujuan membersihkan harta dan menolong sesama. Inilah bukti nyata bahwa seorang muslim tidak hanya beriman dalam hati, tetapi juga membuktikannya dalam perbuatan. Maka ia benar-benar dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam dengan keseimbangan iman dan amal. Keempat, puasa Ramadan. Puasa melatih seorang muslim untuk menahan diri, bersabar, dan meningkatkan ketakwaan. Ibadah ini menunjukkan bahwa seorang muslim tidak hanya taat secara ritual, tetapi juga secara spiritual. Dengan demikian, ia pun dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam dalam kehidupan nyata. Kelima, haji. Haji adalah puncak ibadah yang dilaksanakan sekali seumur hidup bagi yang mampu. Haji mengajarkan persatuan umat dan kepatuhan total kepada Allah. Inilah manifestasi bahwa seorang muslim bisa dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam dengan amal besar yang penuh pengorbanan. Perbedaan Rukun Iman dan Rukun Islam Walaupun sama-sama menjadi fondasi agama, terdapat perbedaan mendasar antara rukun iman dan rukun Islam. Seorang muslim harus dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam agar tidak mencampuradukkan keduanya. Rukun iman lebih bersifat batiniah, yaitu berkaitan dengan keyakinan hati. Sedangkan rukun Islam lebih bersifat lahiriah, yaitu perbuatan yang tampak. Dengan memahami ini, seorang muslim bisa lebih mudah dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam kepada orang lain. Rukun iman jumlahnya enam, sementara rukun Islam ada lima. Walaupun berbeda jumlah, keduanya saling melengkapi. Seorang muslim yang memahami perbedaan ini berarti ia mampu dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam secara ilmiah dan praktis. Rukun iman tidak bisa dilihat secara langsung, hanya Allah yang tahu isi hati seseorang. Namun rukun Islam bisa terlihat dari amal perbuatan. Inilah yang membuat seorang muslim harus benar-benar dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam dengan jelas agar tidak salah persepsi. Perbedaan lain adalah rukun iman tidak bisa ditawar, meskipun dalam kondisi apapun. Sedangkan rukun Islam ada yang memiliki keringanan dalam kondisi tertentu, seperti salat bagi orang sakit boleh duduk. Hal ini menunjukkan bahwa seorang muslim yang paham akan mudah dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam sesuai situasi. Meskipun berbeda, keduanya tidak bisa dipisahkan. Seorang muslim tidak cukup hanya beriman tanpa amal, begitu pula sebaliknya. Dengan keseimbangan inilah seorang muslim benar-benar dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam secara utuh. Hubungan Rukun Iman dan Rukun Islam Selain memiliki perbedaan, rukun iman dan rukun Islam juga saling berkaitan erat. Seorang muslim yang ingin sempurna dalam agamanya harus dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam dengan menekankan bahwa keduanya saling melengkapi. Iman menjadi dasar, sedangkan Islam menjadi bukti nyata dari iman tersebut. Tanpa iman, amal tidak bernilai; tanpa amal, iman menjadi lemah. Maka seorang muslim yang benar-benar paham akan selalu dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam dengan menyatukan keduanya. Hubungan ini juga ditegaskan dalam hadis Jibril yang masyhur, ketika malaikat Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad tentang iman, Islam, dan ihsan. Dari hadis ini, umat Islam belajar bahwa seorang muslim harus dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam agar mampu mencapai tingkat ihsan dalam beribadah. Keseimbangan antara iman dan Islam juga membawa dampak positif dalam kehidupan sosial. Seorang muslim yang beriman akan melaksanakan Islam dengan baik, sehingga tercermin dalam akhlak mulia. Inilah bukti bahwa ia dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam dalam kehidupannya. Dengan memahami hubungan ini, umat Islam akan semakin mantap dalam menjalani hidup. Mereka tidak hanya mengaku beriman, tetapi juga menunjukkan Islam melalui amal nyata. Inilah tanda seorang muslim sejati yang dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam dengan sempurna. Pemahaman yang benar tentang dasar-dasar agama sangat penting bagi setiap muslim. Seorang muslim harus dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam agar imannya tidak hanya sebatas keyakinan, tetapi juga nyata dalam amal. Rukun iman menekankan keyakinan dalam hati, sementara rukun Islam menekankan amal yang tampak. Walaupun berbeda, keduanya saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan. Seorang muslim yang memahami ini akan lebih mudah dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Dengan pengetahuan yang utuh, kita bisa semakin istiqamah dalam menjalani kehidupan sebagai muslim. Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu dapat menjelaskan makna rukun iman dan rukun islam serta mengamalkannya dengan sepenuh hati.

01/09/2025 | admin

Tingkatkan Ekonomi Keluarga, BAZNAS DIY Salurkan Bantuan Usaha untuk Nurul Bandiyah
Tingkatkan Ekonomi Keluarga, BAZNAS DIY Salurkan Bantuan Usaha untuk Nurul Bandiyah
Bantul – BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus hadir mendukung masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui program pemberdayaan. Salah satu penerima manfaat adalah Ibu Nurul Bandiyah, warga Bedukan, Pleret, Bantul, yang sehari-hari berjuang menghidupi keluarga dengan usaha angkringan kecil. Ibu Nurul merupakan seorang ibu tangguh dengan empat anak yang masih bersekolah. Selama ini, ia menjalankan usaha angkringan dengan alat seadanya dan belum memiliki gerobak yang layak. Melihat kondisi tersebut, BAZNAS DIY memberikan bantuan berupa gerobak, perlengkapan usaha, serta tambahan modal agar usahanya dapat berkembang lebih baik. Bantuan ini diharapkan mampu meringankan beban ekonomi keluarga sekaligus menjadi langkah nyata dalam mendukung kemandirian dan peningkatan kesejahteraan mustahik. Melalui program ini, BAZNAS DIY berkomitmen untuk terus menyalurkan zakat, infak, dan sedekah agar lebih banyak masyarakat yang terbantu dan berdaya.

12/09/2025 | admin

BAZNAS DIY dan Rumah Sehat BAZNAS Salurkan Bantuan Pencegahan Stunting di Kampung Berkah Kaliagung Kulon Progo
BAZNAS DIY dan Rumah Sehat BAZNAS Salurkan Bantuan Pencegahan Stunting di Kampung Berkah Kaliagung Kulon Progo
Kulon Progo – BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui program Rumah Sehat BAZNAS kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Kali ini, kegiatan difokuskan pada penyaluran bantuan pencegahan stunting yang berlangsung di Kampung Berkah Kaliagung, Kulon Progo, dengan total penerima manfaat sebanyak 45 orang. Dalam kegiatan tersebut, BAZNAS DIY memberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) khusus bagi ibu risiko tinggi (resti) serta anak dengan indikasi stunting. Bantuan ini diharapkan dapat membantu pemenuhan gizi seimbang, memperbaiki tumbuh kembang anak, serta mendukung kesehatan ibu hamil dan menyusui. Program ini merupakan bagian dari upaya nyata BAZNAS DIY dalam mendukung target nasional penurunan angka stunting, sekaligus mewujudkan masyarakat yang lebih sehat, kuat, dan sejahtera melalui sinergi antara program kesehatan dan pemberdayaan umat.

11/09/2025 | admin

Iman kepada Malaikat Termasuk Rukun Iman yang Ke, Ini Jawaban dan Dalilnya
Iman kepada Malaikat Termasuk Rukun Iman yang Ke, Ini Jawaban dan Dalilnya
Dalam ajaran Islam, setiap muslim diwajibkan memiliki keyakinan yang kuat terhadap enam perkara yang disebut sebagai rukun iman. Salah satu di antaranya adalah iman kepada malaikat. Pertanyaan yang sering muncul adalah: iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke berapa? Jawabannya adalah iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang kedua setelah iman kepada Allah. Memahami bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua sangat penting, karena hal ini menegaskan bahwa keberadaan malaikat merupakan bagian fundamental dalam keimanan seorang muslim. Tidak sempurna iman seseorang tanpa mempercayai eksistensi malaikat dan peran mereka dalam menjalankan perintah Allah. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang posisi iman kepada malaikat dalam rukun iman, dalil yang mendasarinya, serta hikmah yang dapat diambil dari keyakinan tersebut. Iman kepada Malaikat Termasuk Rukun Iman yang Ke Dua Pertama-tama, perlu dipahami bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua setelah iman kepada Allah. Hal ini berdasarkan hadis Jibril yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, ketika malaikat Jibril datang dalam rupa manusia dan bertanya kepada Rasulullah tentang iman. Rasulullah menjawab: "Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk." (HR. Muslim, no. 8) Dalam hadis tersebut jelas bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua, yaitu setelah iman kepada Allah. Artinya, posisi malaikat dalam urutan rukun iman sangatlah penting dan tidak bisa diabaikan. Meyakini bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua berarti seorang muslim harus mengakui bahwa malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya, selalu taat, dan tidak pernah membangkang terhadap perintah-Nya. Mereka menjalankan tugas masing-masing sesuai dengan ketetapan Allah. Tanpa adanya keyakinan bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua, maka seorang muslim belum sempurna imannya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan malaikat dalam struktur keimanan yang diajarkan oleh Islam. Maka jelaslah, ketika seorang muslim meyakini rukun iman, ia harus memahami bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua, bukan sekadar pengakuan, tetapi juga keyakinan yang dibuktikan dengan menerima seluruh peran dan tugas malaikat. Dalil Al-Qur’an tentang Iman kepada Malaikat Penjelasan bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua juga ditegaskan dalam Al-Qur’an. Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk beriman kepada-Nya, kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. Salah satu ayat yang menegaskan hal ini terdapat dalam surah An-Nisa ayat 136: "Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah tersesat sejauh-jauhnya." (QS. An-Nisa: 136) Ayat ini dengan jelas menyebutkan bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua setelah iman kepada Allah. Tidak mungkin seseorang mengaku beriman jika ia menolak keberadaan malaikat. Selain itu, dalam surah Al-Baqarah ayat 285, Allah juga berfirman: "Rasul telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya..." Dari ayat ini, sekali lagi ditegaskan bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua, sejajar dengan keimanan kepada Allah, kitab, dan rasul. Dengan demikian, dalil Al-Qur’an mengokohkan bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua, dan hal ini tidak boleh diragukan oleh seorang muslim. Hikmah Iman kepada Malaikat Termasuk Rukun Iman yang Ke Dua Setelah memahami bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua, penting juga untuk mengetahui hikmah di balik kewajiban tersebut. Dengan beriman kepada malaikat, seorang muslim dapat mengambil pelajaran berharga yang memperkuat akidah dan amal perbuatannya. Pertama, dengan menyadari bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua, seorang muslim akan merasa bahwa dirinya senantiasa diawasi. Malaikat Raqib dan Atid mencatat semua amal baik maupun buruk manusia. Hal ini membuat seorang muslim lebih berhati-hati dalam bersikap. Kedua, keyakinan bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua mengajarkan bahwa setiap perintah Allah selalu diawasi pelaksanaannya. Malaikat tidak pernah lalai dalam melaksanakan tugasnya, sehingga menjadi teladan bagi manusia untuk selalu taat kepada Allah. Ketiga, mengetahui bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua juga membuat hati seorang muslim semakin yakin akan kekuasaan Allah. Malaikat adalah makhluk yang tidak kasat mata, namun keberadaannya nyata dan dibuktikan oleh dalil syar’i. Keempat, ketika seorang muslim memahami bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua, ia akan semakin bersyukur karena Allah mengutus malaikat untuk menjaga, mencatat amal, bahkan membawa wahyu kepada para nabi. Semua itu merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Kelima, dengan meyakini bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua, seorang muslim akan semakin mengokohkan akidahnya. Keimanan tidak hanya sebatas kepada Allah, tetapi juga mencakup sistem keimanan yang utuh sesuai dengan ajaran Islam. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua setelah iman kepada Allah. Hal ini ditegaskan dalam hadis Jibril dan diperkuat dengan dalil Al-Qur’an, seperti dalam surah An-Nisa ayat 136 dan Al-Baqarah ayat 285. Memahami bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua memberikan banyak hikmah bagi kehidupan seorang muslim. Keyakinan ini menumbuhkan kesadaran bahwa segala amal perbuatan selalu diawasi, sekaligus mempertegas keagungan Allah yang menciptakan malaikat dengan berbagai tugas penting. Sebagai seorang muslim, kita wajib mengimani bahwa iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang ke dua, bukan hanya sekadar pengetahuan, tetapi juga keyakinan yang kokoh dalam hati. Dengan demikian, keimanan kita menjadi sempurna sesuai ajaran Islam.

01/09/2025 | admin

Iman kepada Rasul Harus Diiringi dengan Perbuatan: Ini 5 Bentuk Nyatanya
Iman kepada Rasul Harus Diiringi dengan Perbuatan: Ini 5 Bentuk Nyatanya
Sebagai seorang muslim, iman kepada Rasul merupakan salah satu rukun iman yang tidak bisa ditawar. Allah Swt. telah mengutus para rasul sebagai pembawa risalah, penunjuk jalan, dan teladan bagi umat manusia. Tanpa adanya keyakinan yang benar terhadap para rasul, keimanan seorang muslim dianggap belum sempurna. Namun, iman kepada Rasul tidak boleh berhenti hanya sebatas pengakuan dalam hati atau lisan saja, melainkan harus diwujudkan dalam perbuatan nyata yang mencerminkan ketaatan dan kecintaan kepada Rasulullah dan para rasul sebelumnya. Artikel ini akan membahas lima bentuk nyata yang harus dilakukan seorang muslim sebagai wujud iman kepada Rasul, agar keimanan tidak hanya sebatas teori, tetapi benar-benar menjadi praktik dalam kehidupan sehari-hari. 1. Mengikuti Ajaran dan Sunnah Rasulullah Bentuk pertama dari iman kepada Rasul adalah dengan mengikuti ajaran dan sunnah Rasulullah saw. Beliau tidak hanya membawa wahyu dari Allah, tetapi juga menjadi teladan terbaik dalam kehidupan. Mengikuti sunnah berarti berusaha meneladani setiap ucapan, perbuatan, dan persetujuan beliau. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam QS. Al-Ahzab ayat 21: "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu...". Dengan demikian, iman kepada Rasul harus mendorong seorang muslim untuk mengamalkan sunnah dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari ibadah, muamalah, hingga akhlak. Selain itu, iman kepada Rasul juga berarti tidak menolak atau meremehkan sunnah. Banyak orang yang hanya berpegang pada Al-Qur’an tetapi mengabaikan hadis. Padahal, sunnah Rasulullah adalah penjelasan praktis dari Al-Qur’an. Jika sunnah diabaikan, maka keislaman menjadi pincang. Oleh karena itu, iman kepada Rasul menuntut seorang muslim untuk mencintai dan menghidupkan sunnah dalam kehidupan. Dalam praktik sehari-hari, mengikuti sunnah bisa diwujudkan dengan cara sederhana, seperti mengucapkan salam, menjaga kebersihan, makan dengan tangan kanan, serta memperbanyak zikir. Walau terlihat kecil, tetapi perbuatan ini adalah bukti nyata dari iman kepada Rasul. Lebih dari itu, mengikuti sunnah juga mencakup ketaatan dalam perkara besar, seperti menegakkan keadilan, menjaga amanah, dan memperjuangkan kebenaran. Jadi, iman kepada Rasul bukan hanya ritual, tetapi juga mencakup nilai moral dan sosial. Dengan demikian, seorang muslim yang benar-benar memiliki iman kepada Rasul akan selalu berusaha menyesuaikan dirinya dengan ajaran beliau, baik dalam aspek ibadah maupun dalam kehidupan sosial. 2. Membela Kehormatan Rasulullah Bentuk nyata kedua dari iman kepada Rasul adalah membela kehormatan beliau. Rasulullah saw. adalah manusia mulia yang diutus Allah untuk membawa rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu, mencintai dan membela beliau adalah konsekuensi logis dari iman kepada Rasul. Membela kehormatan Rasulullah bisa diwujudkan dengan banyak cara. Salah satunya adalah dengan tidak membiarkan beliau dihina atau dilecehkan. Ketika ada penghinaan terhadap Rasulullah, seorang muslim yang memiliki iman kepada Rasul akan merasa terguncang dan berusaha membela beliau dengan cara yang bijak dan sesuai syariat. Selain itu, membela Rasulullah juga bisa dilakukan dengan cara menjaga nama baik beliau. Jangan sampai seorang muslim berperilaku buruk lalu mengatasnamakan ajaran Rasul. Sebaliknya, seorang muslim yang benar-benar beriman harus menunjukkan akhlak yang baik agar orang lain semakin cinta kepada Rasulullah. Inilah bagian dari iman kepada Rasul yang penting untuk dipraktikkan. Membela Rasulullah juga dapat diwujudkan melalui karya, dakwah, dan tulisan. Setiap upaya yang bertujuan mengenalkan dan melestarikan ajaran Rasulullah adalah bukti nyata iman kepada Rasul. Misalnya, menulis tentang akhlak beliau, menyebarkan hadis sahih, atau membuat karya seni yang mencerminkan kecintaan kepada beliau. Pada akhirnya, membela Rasulullah bukan hanya soal menghadapi orang yang menghina beliau, tetapi juga menjaga agar umat Islam tidak menjauh dari ajaran beliau. Itulah bentuk iman kepada Rasul yang paling mendasar. 3. Menyebarkan Dakwah Rasulullah Bukti ketiga dari iman kepada Rasul adalah melanjutkan dakwah yang beliau bawa. Rasulullah saw. telah menyampaikan risalah Allah hingga tuntas. Tugas umat Islam kini adalah meneruskan dakwah tersebut, agar cahaya Islam tetap bersinar di dunia. Menyebarkan dakwah tidak selalu berarti berdiri di mimbar. Setiap muslim bisa berdakwah sesuai kemampuan. Dengan lisan, seseorang bisa mengajak orang lain berbuat baik. Dengan tulisan, bisa menyebarkan ilmu. Bahkan dengan akhlak, seorang muslim bisa menjadi dakwah berjalan. Semua ini merupakan wujud nyata iman kepada Rasul. Seorang muslim yang memiliki iman kepada Rasul tidak akan membiarkan dirinya hanya diam melihat kemungkaran. Ia akan berusaha, sesuai kapasitasnya, untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah: "Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangan. Jika tidak mampu, maka dengan lisan. Jika tidak mampu juga, maka dengan hati, dan itu adalah selemah-lemahnya iman." Lebih jauh, iman kepada Rasul mendorong seorang muslim untuk menyampaikan dakwah dengan cara yang penuh hikmah. Dakwah bukan hanya soal menyampaikan kebenaran, tetapi juga tentang bagaimana cara menyampaikannya. Dengan hikmah dan kelembutan, ajaran Rasulullah akan lebih mudah diterima masyarakat. Oleh karena itu, menyebarkan dakwah Rasulullah adalah kewajiban bersama yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Inilah bukti nyata dari iman kepada Rasul dalam kehidupan sehari-hari. 4. Menjaga Syariat yang Dibawa Rasulullah Bentuk nyata keempat dari iman kepada Rasul adalah menjaga syariat Islam yang dibawa beliau. Rasulullah saw. telah menuntun umatnya dengan syariat yang sempurna, yang mencakup ibadah, muamalah, akhlak, dan hukum-hukum lainnya. Seorang muslim yang memiliki iman kepada Rasul akan selalu berusaha menjaga kemurnian syariat. Artinya, tidak menambah-nambah atau mengurangi ajaran Islam sesuai hawa nafsu. Inilah salah satu bentuk ketaatan yang menunjukkan keimanan sejati. Menjaga syariat juga berarti mengamalkan hukum-hukum Islam dalam kehidupan. Misalnya, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, berpuasa, berhaji, serta menjalankan aturan halal-haram dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu merupakan bukti nyata iman kepada Rasul. Lebih jauh, menjaga syariat juga berarti menolak segala bentuk bid’ah yang tidak ada contohnya dari Rasulullah. Hal ini karena iman kepada Rasul menuntut kita untuk yakin bahwa ajaran beliau sudah sempurna, sehingga tidak ada yang perlu ditambahkan lagi. Dengan menjaga syariat Rasulullah, seorang muslim berarti menjaga agamanya sendiri. Inilah wujud nyata dari iman kepada Rasul yang harus dipelihara sepanjang hidup. 5. Meneladani Akhlak Rasulullah Bentuk terakhir dari iman kepada Rasul adalah meneladani akhlak beliau. Rasulullah saw. dikenal sebagai pribadi yang memiliki akhlak mulia. Bahkan Allah sendiri memuji beliau dalam QS. Al-Qalam ayat 4: "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung." Seorang muslim yang benar-benar memiliki iman kepada Rasul akan berusaha mencontoh akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak mulia ini mencakup kejujuran, amanah, kasih sayang, kesabaran, serta keberanian dalam menegakkan kebenaran. Iman kepada Rasul tidak cukup hanya dengan mengaku mencintai beliau, tetapi harus diwujudkan dengan mencontoh akhlak beliau. Jika Rasulullah dikenal jujur, maka umat Islam juga harus jujur. Jika Rasulullah penuh kasih sayang, maka umatnya pun harus penyayang. Itulah bukti nyata dari iman kepada Rasul. Dalam kehidupan modern saat ini, meneladani akhlak Rasulullah sangat relevan. Misalnya, dalam dunia kerja diperlukan sifat amanah, dalam keluarga dibutuhkan kasih sayang, dan dalam masyarakat diperlukan sikap toleransi. Semua nilai ini ada dalam akhlak Rasulullah, sehingga meneladani beliau adalah wujud nyata iman kepada Rasul. Pada akhirnya, akhlak mulia adalah cerminan dari keimanan. Semakin seseorang meneladani Rasulullah, semakin kuat pula iman kepada Rasul yang ada dalam dirinya. Dari uraian di atas, jelas bahwa iman kepada Rasul tidak boleh hanya sebatas keyakinan di dalam hati atau ucapan di lisan. Harus ada perbuatan nyata yang mencerminkan keimanan tersebut. Mengikuti sunnah Rasulullah, membela kehormatan beliau, menyebarkan dakwah, menjaga syariat, serta meneladani akhlak mulia adalah lima bentuk nyata yang wajib dilakukan seorang muslim. Dengan melaksanakan semua itu, seorang muslim tidak hanya menunjukkan iman kepada Rasul, tetapi juga membuktikan kecintaannya kepada Allah Swt. Karena mencintai Rasulullah berarti juga mencintai Allah.

01/09/2025 | admin

Iman Secara Bahasa Artinya, Ini Asal Kata dan Perkembangannya
Iman Secara Bahasa Artinya, Ini Asal Kata dan Perkembangannya
Dalam Islam, iman menjadi salah satu fondasi utama dalam kehidupan seorang muslim. Namun, sering kali kita hanya memahami iman sebatas kepercayaan tanpa mendalami makna dasarnya. Padahal, penting untuk mengetahui iman secara bahasa artinya agar kita memahami kedalaman makna yang terkandung di dalamnya. Secara etimologi, kata iman berasal dari bahasa Arab, yaitu amuna yang berarti merasa aman, percaya, dan membenarkan. Dengan mengetahui iman secara bahasa artinya, kita dapat menggali lebih jauh bagaimana istilah ini berkembang dalam ajaran Islam dan bagaimana penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan mengurai asal kata iman, perkembangan maknanya, serta penerapannya dalam kehidupan umat Islam. Melalui pemahaman mendalam tentang iman secara bahasa artinya, kita akan mampu menempatkan iman bukan hanya sekadar keyakinan, melainkan juga sebagai pedoman yang mengarahkan sikap dan perilaku seorang muslim. Asal Kata Iman dalam Bahasa Arab Jika kita menelusuri akar katanya, iman secara bahasa artinya berasal dari kata kerja amana–yu’minu–imanan. Kata ini bermakna percaya, membenarkan, serta memberikan rasa aman. Dalam Al-Qur’an, penggunaan kata iman tidak hanya menunjuk pada keyakinan kepada Allah, tetapi juga membawa makna ketenangan jiwa yang lahir dari keyakinan tersebut. Kata iman memiliki keterkaitan erat dengan kata amn yang berarti aman atau damai. Oleh sebab itu, iman secara bahasa artinya tidak hanya berhenti pada pengakuan lisan, tetapi juga memberikan ketentraman batin bagi yang meyakininya. Dengan kata lain, seseorang yang beriman akan merasakan kedamaian karena hatinya percaya penuh kepada Allah. Sejumlah ulama bahasa menjelaskan bahwa iman secara bahasa artinya adalah tashdiq (membenarkan). Maksudnya, iman tidak bisa dilepaskan dari sikap membenarkan apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Dalam tradisi keilmuan Islam, tashdiq ini bukan sekadar membenarkan dengan ucapan, tetapi juga membenarkan dengan hati dan diwujudkan melalui amal. Dalam kajian tafsir, iman secara bahasa artinya lebih luas daripada sekadar kepercayaan. Iman mencakup aspek keyakinan yang melahirkan rasa aman dalam kehidupan manusia. Seorang mukmin disebut mukmin karena ia memberikan rasa aman, baik untuk dirinya maupun orang lain. Oleh karena itu, memahami iman secara bahasa artinya menjadi penting agar kita tidak menyempitkan makna iman hanya pada dimensi teologis, melainkan juga pada dimensi sosial. Iman sejati menghadirkan rasa aman dan kedamaian di tengah masyarakat. Perkembangan Makna Iman dalam Sejarah Islam Sejak masa Rasulullah SAW, istilah iman telah menjadi istilah penting dalam agama Islam. Iman secara bahasa artinya membenarkan, namun dalam perkembangan ajaran Islam, iman tidak hanya dipahami sebagai keyakinan di hati. Rasulullah menjelaskan iman sebagai keyakinan dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Pada periode sahabat, pemahaman tentang iman mengalami penguatan. Para sahabat memahami bahwa iman secara bahasa artinya memang tashdiq, tetapi dalam praktiknya, iman harus diwujudkan melalui amal. Karena itu, iman bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dapat bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Dalam perkembangan ilmu kalam, muncul perbedaan pandangan di antara ulama mengenai definisi iman. Namun, tetap disepakati bahwa iman secara bahasa artinya membenarkan. Kelompok Ahlus Sunnah wal Jama’ah menegaskan bahwa iman mencakup keyakinan, ucapan, dan amal. Sedangkan kelompok Murji’ah lebih menekankan pada keyakinan hati saja. Meskipun terjadi perbedaan pandangan, esensi dari iman secara bahasa artinya tetap mengarah pada tashdiq. Hal ini menunjukkan bahwa makna dasar iman tidak pernah lepas dari keyakinan dan pembenaran, meskipun ulama berbeda dalam memahami keluasan cakupan amal dalam iman. Perkembangan ini menunjukkan bahwa sejak awal Islam hingga sekarang, iman secara bahasa artinya tetap menjadi titik tolak pembahasan yang luas. Ia berkembang bukan hanya dalam konteks teologis, melainkan juga dalam dimensi etika, sosial, dan spiritual. Pentingnya Memahami Iman Secara Bahasa dan Istilah Mengapa penting untuk mengetahui iman secara bahasa artinya? Karena pemahaman ini menjadi dasar dalam memahami istilah iman menurut syariat. Dengan memahami makna bahasanya, kita dapat menyingkap hakikat iman yang lebih luas daripada sekadar kata “percaya”. Secara istilah, iman adalah keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan, dan amal perbuatan dengan anggota badan. Namun, dasar dari semua itu tetaplah kembali pada makna etimologisnya, yaitu tashdiq. Dengan mengetahui iman secara bahasa artinya, kita menyadari bahwa iman adalah bentuk pembenaran yang menenangkan hati. Jika seorang muslim hanya memahami iman sebatas istilah tanpa mengetahui iman secara bahasa artinya, maka dikhawatirkan pemahamannya akan sempit. Misalnya, ia bisa menganggap iman cukup dengan keyakinan di hati saja tanpa amal. Padahal, dalam Islam, iman harus diwujudkan dalam perilaku nyata. Lebih jauh, iman secara bahasa artinya juga mengajarkan bahwa iman memberikan rasa aman, baik secara individu maupun sosial. Seorang mukmin tidak hanya menjaga keyakinannya, tetapi juga menghadirkan rasa aman bagi lingkungan sekitarnya. Inilah bukti bahwa iman memiliki implikasi nyata dalam kehidupan sosial. Dengan demikian, memahami iman secara bahasa artinya bukan hanya untuk memperkaya wawasan keagamaan, tetapi juga untuk memperkuat landasan iman dalam praktik kehidupan sehari-hari. Iman dalam Kehidupan Sehari-hari Dalam praktik sehari-hari, iman secara bahasa artinya membenarkan sesuatu yang diyakini benar. Ketika seorang muslim mengucapkan syahadat, ia sedang membenarkan kebenaran Allah dan Rasul-Nya. Pembenaran ini kemudian diwujudkan dalam ketaatan kepada perintah Allah. Seorang yang benar-benar memahami bahwa iman secara bahasa artinya adalah membenarkan, maka ia akan berhati-hati dalam bertindak. Sebab, setiap amalnya menjadi cerminan dari pembenaran hatinya terhadap ajaran Islam. Dalam kehidupan sosial, iman secara bahasa artinya menghadirkan rasa aman. Seorang mukmin yang baik tidak akan menyakiti orang lain dengan ucapan maupun tindakannya. Justru ia memberikan kenyamanan dan keamanan kepada sesama. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah SAW bahwa mukmin sejati adalah yang tidak mengganggu orang lain dengan lisannya maupun tangannya. Lebih dari itu, iman secara bahasa artinya memberikan ketenangan dalam menghadapi ujian hidup. Orang yang beriman tidak mudah goyah ketika ditimpa musibah karena hatinya sudah membenarkan janji Allah. Ia yakin bahwa setiap ujian pasti ada hikmahnya. Dengan demikian, pemahaman tentang iman secara bahasa artinya tidak boleh berhenti pada ranah teoritis saja. Pemahaman tersebut harus tercermin dalam sikap dan perilaku nyata yang menunjukkan kualitas keimanan seseorang. Dari pembahasan di atas, jelaslah bahwa iman secara bahasa artinya adalah tashdiq atau membenarkan, yang berasal dari kata kerja amana–yu'minu–imanan. Makna dasar ini berkembang dalam ajaran Islam menjadi keyakinan hati, ucapan lisan, dan amal perbuatan. Pemahaman terhadap iman secara bahasa artinya sangat penting agar seorang muslim dapat menempatkan iman pada posisinya yang benar. Iman bukan sekadar kepercayaan, tetapi juga harus diwujudkan dalam perilaku yang mencerminkan ketundukan kepada Allah. Dengan mengetahui iman secara bahasa artinya, kita akan menyadari bahwa iman membawa kedamaian, keamanan, dan ketenangan dalam hidup. Iman tidak hanya membentuk hubungan seorang hamba dengan Tuhannya, tetapi juga dengan sesama manusia di sekitarnya. Maka, sudah selayaknya setiap muslim memperdalam pemahaman tentang iman secara bahasa artinya, lalu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, iman tidak hanya menjadi konsep teologis, tetapi juga menjadi kekuatan hidup yang nyata.

01/09/2025 | admin

Program DIY Sejahtera: BAZNAS DIY Beri Bantuan Gerobak untuk Usaha Ibu Juminah di Bantul
Program DIY Sejahtera: BAZNAS DIY Beri Bantuan Gerobak untuk Usaha Ibu Juminah di Bantul
BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta melalui program DIY Sejahtera memberikan dukungan kepada Ibu Juminah, warga Tegalrejo, Kabupaten Bantul, dalam upaya mengembangkan usaha kecil yang ia jalankan. Selama ini, Ibu Juminah mengelola angkringan sederhana di depan rumahnya. Namun dalam enam bulan terakhir, usahanya mengalami penurunan pelanggan yang cukup signifikan. Untuk menyiasati hal tersebut, Ibu Juminah berinisiatif membuka usaha tambahan berupa penjualan sate di samping angkringan. Sayangnya, keterbatasan modal menjadi hambatan utama dalam memulai usaha baru tersebut. Melalui program DIY Sejahtera, BAZNAS DIY memberikan bantuan berupa satu gerobak dan alat usaha. Bantuan ini bertujuan mendukung pengembangan usaha baru milik Ibu Juminah agar dapat meningkatkan daya tarik dagangan serta mendorong peningkatan penghasilan. “Terima kasih banyak kepada BAZNAS DIY atas perhatian dan bantuan yang diberikan. Bantuan ini sangat berarti bagi saya dan keluarga, karena menjadi langkah awal untuk mengembangkan usaha yang sempat terhambat. Saya berharap dengan adanya dukungan ini, usaha saya bisa berjalan dengan lancar, pelanggan semakin ramai, dan penghasilan pun meningkat. Semoga BAZNAS DIY terus sukses membantu masyarakat yang membutuhkan agar mereka bisa mandiri dan lebih sejahtera,” ujar Ibu Juminah dengan penuh harap. Program DIY Sejahtera merupakan salah satu inisiatif BAZNAS DIY dalam memberdayakan mustahik melalui pendekatan ekonomi produktif. Selain penyaluran bantuan sarana usaha, program ini juga mencakup pendampingan agar usaha yang dibina dapat berjalan secara berkelanjutan dan mandiri. BAZNAS DIY terus berkomitmen untuk menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekah secara tepat sasaran, terutama bagi pelaku usaha mikro yang membutuhkan dukungan untuk bertumbuh.

10/09/2025 | admin

BAZNAS DIY Gelar Audiensi dengan Kanwil Ditjen Pemasyarakatan DIY
BAZNAS DIY Gelar Audiensi dengan Kanwil Ditjen Pemasyarakatan DIY
Yogyakarta – BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dihadiri oleh Dra. Hj. Puji Astuti M.Si, Dr. H. Munjahid M.Ag, H. Jazilus Sakhok M.A. Ph.D, H. Ahmad Lutfi SS., M.A beserta staf pelaksana melaksanakan audiensi dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan DIY dalam rangka memperkuat sinergi program antara BAZNAS dan Kanwil Ditjen Pemasyarakatan. Kolaborasi ini mencakup berbagai program yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) maupun Balai Pemasyarakatan (Bapas) di wilayah DIY. Melalui kerja sama ini, BAZNAS DIY berkomitmen memfasilitasi warga binaan agar mendapatkan perhatian khusus dalam bidang kesehatan, kepedulian sosial, pembinaan ketakwaan, serta program pemberdayaan. Sinergi ini diharapkan dapat memastikan program di Lapas dan Bapas berjalan dengan baik serta terawasi oleh Ditjen Pemasyarakatan. Selain itu, BAZNAS DIY juga menyiapkan pelatihan kemandirian berkelanjutan bagi klien Bapas sebagai bekal dalam meningkatkan keterampilan dan kesiapan kembali ke masyarakat. Kerja sama ini menjadi langkah strategis untuk menghadirkan manfaat nyata bagi warga binaan, sekaligus memperkuat peran zakat dalam membangun kemandirian dan kesejahteraan umat.

10/09/2025 | admin

Jelaskan Pengertian Iman kepada Hari Akhir dan 5 Dampaknya bagi Kehidupan
Jelaskan Pengertian Iman kepada Hari Akhir dan 5 Dampaknya bagi Kehidupan
Dalam ajaran Islam, setiap muslim wajib meyakini enam rukun iman sebagai dasar keyakinan. Salah satunya adalah iman kepada hari akhir. Banyak orang yang masih bertanya, bagaimana kita bisa memahami dan menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir dengan benar? Sebagai umat Islam, pemahaman ini penting karena berkaitan langsung dengan arah hidup, motivasi dalam beramal, serta kesadaran bahwa kehidupan dunia hanya sementara. Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang bagaimana menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir dari segi bahasa, istilah, dalil Al-Qur’an dan hadis, hingga dampaknya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita bisa semakin mantap dalam menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam. Jelaskan Pengertian Iman kepada Hari Akhir Menurut Bahasa dan Istilah Untuk memahami secara mendalam, kita perlu terlebih dahulu menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir baik dari segi bahasa maupun istilah. Pertama, dari segi bahasa, kata “iman” berarti percaya, yakin, dan membenarkan dengan sepenuh hati. Sedangkan “hari akhir” adalah hari setelah kehidupan dunia berakhir, yaitu hari kebangkitan dan perhitungan amal manusia. Maka, jika kita diminta untuk menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir dari segi bahasa, artinya adalah keyakinan sepenuhnya terhadap adanya kehidupan setelah dunia ini berakhir. Kedua, dari segi istilah, para ulama menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir sebagai keyakinan penuh bahwa seluruh manusia akan dibangkitkan dari kuburnya untuk menerima balasan dari Allah sesuai amal yang telah dilakukan. Dengan kata lain, jika kita menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir, maka hal itu mencakup kepercayaan pada alam kubur, hari kiamat, kebangkitan, hisab, surga, dan neraka. Ketiga, Al-Qur’an memberikan banyak penjelasan tentang hal ini. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 4, Allah menyebutkan bahwa orang beriman adalah mereka yang percaya kepada hal gaib, menegakkan salat, menafkahkan sebagian rezeki, serta beriman kepada wahyu dan hari akhir. Ayat ini bisa dijadikan dasar untuk menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir secara menyeluruh. Keempat, Rasulullah SAW juga sering menekankan tentang pentingnya iman kepada hari akhir. Dalam sebuah hadis riwayat Muslim, beliau bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam.” Hadis ini memperkuat makna ketika kita menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir, bahwa ia menjadi pengendali sikap, perilaku, dan ucapan. Kelima, dengan memahami dalil-dalil tersebut, kita bisa semakin mantap menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir sebagai sebuah keyakinan yang bukan hanya bersifat pengetahuan, tetapi juga harus tercermin dalam amal nyata. Jelaskan Pengertian Iman kepada Hari Akhir Menurut Dalil Al-Qur’an dan Hadis Setelah memahami definisi, langkah selanjutnya adalah meninjau dalil. Untuk menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir, kita perlu merujuk pada Al-Qur’an dan hadis yang secara tegas membahas hal ini. Pertama, dalam Surah Al-Hajj ayat 7, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya hari kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya, dan sesungguhnya Allah akan membangkitkan siapa pun yang ada di dalam kubur.” Ayat ini jelas menjadi dasar kuat ketika kita menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir, karena menegaskan adanya kebangkitan setelah kematian. Kedua, dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW ditanya oleh Malaikat Jibril tentang iman. Beliau menjawab: “Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Hadis ini bisa dijadikan rujukan utama untuk menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir sebagai salah satu pilar keimanan. Ketiga, ketika kita menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir, kita tidak boleh melupakan aspek penting bahwa keyakinan ini harus dibarengi dengan kesadaran moral. Al-Qur’an dalam Surah An-Nisa ayat 136 mengingatkan: “Hai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kepada kitab yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” Keempat, menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir juga berarti menekankan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Nabi Muhammad SAW mengibaratkan dunia seperti orang asing yang singgah sebentar di sebuah tempat, lalu melanjutkan perjalanan. Hal ini memberi pesan bahwa iman kepada hari akhir akan membuat seorang muslim tidak terlena dengan dunia. Kelima, dari dalil-dalil tersebut jelas bahwa untuk menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir tidak cukup hanya sebatas definisi, tetapi juga harus menekankan bukti dari Al-Qur’an dan hadis agar pemahaman menjadi lebih kuat. Jelaskan Pengertian Iman kepada Hari Akhir dan Tingkatan Keyakinannya Selain definisi dan dalil, kita juga perlu memahami bagaimana menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir berdasarkan tingkat keyakinan seseorang. Pertama, ada orang yang sekadar mengetahui secara intelektual tentang adanya hari akhir. Ia mampu menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir, tetapi belum sepenuhnya yakin dalam hati. Tingkat ini disebut sebagai ilmu al-yaqin. Kedua, ada pula orang yang sudah mantap keyakinannya dalam hati, sehingga tidak lagi ragu sedikit pun. Inilah yang disebut ainul yaqin. Ia mampu menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir sekaligus meyakininya sepenuh hati. Ketiga, tingkat tertinggi adalah haqqul yaqin, yaitu keyakinan yang disertai kesadaran penuh hingga memengaruhi perilaku sehari-hari. Orang yang berada pada tingkat ini bukan hanya bisa menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir, tetapi juga menjadikan keyakinannya sebagai pedoman dalam setiap langkah hidupnya. Keempat, penting untuk dipahami bahwa tingkatan iman ini menunjukkan kualitas seseorang. Semakin tinggi tingkat keyakinan, semakin kuat pula kesiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Maka, saat menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir, kita harus menekankan bahwa tujuan akhirnya adalah mencapai tingkat haqqul yaqin. Kelima, hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Surah At-Takatsur ayat 7: “Kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul yaqin.” Ayat ini memperkuat bahwa iman kepada hari akhir memiliki tingkatan yang perlu dicapai dengan ilmu, amal, dan keyakinan yang semakin mendalam. Jelaskan Pengertian Iman kepada Hari Akhir dan 5 Dampaknya bagi Kehidupan Setelah memahami konsepnya, sangat penting untuk mengetahui dampak iman kepada hari akhir dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir, sebaiknya kita juga memaparkan lima dampak berikut: 1. Menumbuhkan Rasa Tanggung JawabSeseorang yang memahami dan bisa menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir akan sadar bahwa semua perbuatannya akan dipertanggungjawabkan. Hal ini mendorongnya untuk berhati-hati dalam setiap tindakan. 2. Mendorong untuk Berbuat BaikDengan menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir, kita memahami bahwa amal saleh akan mendapat balasan surga. Kesadaran ini membuat seorang muslim lebih giat dalam beribadah dan beramal. 3. Mengendalikan Diri dari Perbuatan BurukOrang yang mampu menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir akan menghindari dosa dan maksiat karena takut akan azab Allah di hari pembalasan. 4. Menumbuhkan Kesabaran dalam UjianIman kepada hari akhir membuat seseorang yakin bahwa kesabaran akan dibalas dengan pahala besar. Maka, ketika menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir, kita juga harus menyampaikan bahwa dampaknya adalah lahirnya ketabahan dalam menghadapi cobaan. 5. Memberi Harapan dan OptimismeMenjelaskan pengertian iman kepada hari akhir juga berarti menanamkan keyakinan bahwa kehidupan tidak berhenti di dunia. Ada kehidupan abadi yang penuh keadilan, sehingga seorang muslim selalu optimis meski menghadapi kesulitan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir, kita harus memahami definisinya dari segi bahasa dan istilah, memperkuatnya dengan dalil Al-Qur’an dan hadis, serta menyadari tingkatan keyakinannya. Tidak hanya itu, iman kepada hari akhir juga memiliki dampak besar dalam kehidupan seorang muslim, mulai dari tanggung jawab, dorongan berbuat baik, kontrol diri, kesabaran, hingga optimisme. Dengan demikian, ketika kita ditanya bagaimana menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir, maka jawabannya bukan sekadar definisi, tetapi juga kesadaran bahwa iman ini membentuk perilaku dan memberikan arah hidup menuju kebahagiaan abadi di akhirat.

29/08/2025 | admin

Memahami Makna Iman: Lebih dari Sekadar Percaya dalam Hati
Memahami Makna Iman: Lebih dari Sekadar Percaya dalam Hati
Dalam kehidupan seorang muslim, makna iman memiliki kedudukan yang sangat penting. Iman bukan sekadar pengakuan di lisan atau perasaan di hati, melainkan sebuah keyakinan yang melahirkan perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Seorang muslim tidak akan sempurna jika hanya memahami iman sebatas percaya, tanpa adanya penghayatan dan pengamalan. Oleh karena itu, memahami makna iman dengan benar akan memberikan arah dalam hidup, menjaga hubungan dengan Allah, dan membimbing seorang muslim dalam bersikap terhadap sesama manusia. Pemahaman tentang makna iman bukanlah hal yang sepele. Sejak zaman para nabi, iman selalu menjadi inti dakwah yang mengajarkan manusia untuk tunduk dan taat kepada Allah. Bahkan, dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW, banyak sekali penjelasan tentang keutamaan iman, syarat-syarat iman, serta bukti nyata iman dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa iman bukan sekadar konsep abstrak, tetapi sebuah fondasi kokoh bagi kehidupan seorang muslim. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam apa itu makna iman, bagaimana ulama mendefinisikannya, dan mengapa iman harus diwujudkan dalam perilaku nyata. Harapannya, pembahasan ini dapat membantu umat Islam memahami bahwa iman tidak hanya berhenti pada percaya, tetapi juga harus melahirkan amal saleh. Makna Iman Menurut Bahasa dan Istilah Pertama-tama, penting bagi kita untuk memahami makna iman dari segi bahasa dan istilah. Dari segi bahasa (etimologi), kata iman berasal dari bahasa Arab “al-iman” yang bermakna percaya, membenarkan, dan meyakini. Artinya, makna iman mengandung unsur keyakinan yang kuat tanpa adanya keraguan. Kepercayaan ini tidak hanya sebatas pengakuan, tetapi juga melahirkan ketenangan di hati karena yakin sepenuhnya terhadap kebenaran. Dalam pengertian istilah (terminologi), para ulama memberikan penjelasan yang lebih mendalam tentang makna iman. Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya menyebutkan bahwa iman adalah ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati, dan amal dengan anggota tubuh. Dari definisi ini terlihat bahwa makna iman tidak bisa dilepaskan dari tiga aspek penting: lisan, hati, dan perbuatan. Selain itu, Imam Abu Hanifah mendefinisikan makna iman sebagai pembenaran hati dan pengakuan lisan. Sementara Imam Syafi’i menambahkan bahwa iman harus disertai dengan amal perbuatan. Hal ini menunjukkan bahwa makna iman memiliki kedalaman yang lebih luas dibandingkan sekadar percaya. Dengan memahami perbedaan pandangan para ulama, kita semakin sadar bahwa makna iman dalam Islam mencakup keyakinan, ucapan, dan perbuatan. Jadi, tidak benar jika ada yang menganggap iman cukup dengan percaya di hati tanpa harus dibuktikan dengan amal nyata. Makna Iman dalam Al-Qur’an dan Hadits Sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW, banyak sekali membicarakan tentang makna iman. Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 285, Allah menjelaskan bahwa orang-orang beriman adalah mereka yang beriman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari akhir. Ayat ini menegaskan bahwa makna iman mencakup keimanan terhadap hal-hal gaib yang wajib diyakini oleh seorang muslim. Selain itu, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW menjelaskan tentang rukun iman yang berjumlah enam: beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta takdir baik dan buruk. Hadits ini memberikan gambaran jelas bahwa makna iman bukan sekadar kepercayaan abstrak, tetapi mencakup aspek keyakinan yang terperinci. Al-Qur’an juga mengaitkan makna iman dengan amal saleh. Dalam banyak ayat, Allah sering menyebutkan “orang-orang yang beriman dan beramal saleh.” Ini menunjukkan bahwa iman sejati akan melahirkan tindakan nyata. Seorang muslim yang benar-benar memahami makna iman tidak akan berdiam diri, melainkan akan berusaha mengamalkan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan merujuk pada Al-Qur’an dan hadits, kita dapat menyimpulkan bahwa makna iman adalah fondasi utama yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Tanpa iman, amal perbuatan tidak akan diterima, dan tanpa amal, iman akan kehilangan bukti nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dampak Memahami Makna Iman dalam Kehidupan Sehari-hari Ketika seorang muslim benar-benar memahami makna iman, maka hidupnya akan dipenuhi dengan nilai-nilai positif yang membimbingnya ke arah kebaikan. Pertama, pemahaman tentang iman akan melahirkan ketenangan jiwa. Seseorang yang yakin akan takdir Allah tidak akan mudah berputus asa, karena ia tahu bahwa segala sesuatu sudah diatur dengan penuh hikmah. Kedua, makna iman mendorong seseorang untuk lebih bersyukur dan sabar. Dalam keadaan lapang, ia akan bersyukur, dan dalam keadaan sempit, ia akan bersabar. Inilah buah dari iman yang sejati, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW. Ketiga, memahami makna iman akan membentuk karakter seorang muslim yang jujur, amanah, dan bertanggung jawab. Karena iman bukan hanya soal keyakinan, tetapi juga melahirkan akhlak mulia dalam pergaulan dengan sesama. Keempat, seorang muslim yang memahami makna iman akan selalu menjaga ibadahnya. Ia sadar bahwa ibadah bukan sekadar rutinitas, melainkan bukti nyata dari keimanan yang ada di hatinya. Kelima, makna iman juga berdampak pada interaksi sosial. Orang beriman akan selalu menjaga hubungan baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat luas. Hal ini karena iman mendorong seseorang untuk selalu berbuat adil dan menjauhi kezaliman. Tantangan dalam Menjaga Makna Iman di Era Modern Di era modern yang penuh dengan godaan materialisme, hedonisme, dan gaya hidup instan, menjaga makna iman menjadi tantangan besar. Banyak orang yang terjebak pada kesibukan dunia hingga melupakan kewajiban agama. Oleh karena itu, umat Islam harus lebih waspada agar tidak tergerus oleh arus zaman. Pertama, tantangan terbesar adalah arus informasi digital. Media sosial seringkali menampilkan gaya hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Jika tidak berhati-hati, seseorang bisa kehilangan arah dan melupakan makna iman yang sebenarnya. Kedua, kesibukan dunia kerja juga membuat sebagian orang lalai dalam ibadah. Padahal, memahami makna iman berarti menempatkan Allah di atas segalanya. Seorang muslim harus mampu menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat. Ketiga, munculnya ideologi-ideologi yang meragukan ajaran agama juga menjadi ancaman. Dalam situasi ini, penting bagi seorang muslim untuk terus memperkuat pemahaman terhadap makna iman dengan belajar, berdiskusi, dan mendalami ajaran Islam dari sumber-sumber terpercaya. Keempat, kemewahan dunia seringkali membuat manusia lupa diri. Padahal, makna iman sejati justru mengajarkan kesederhanaan, kepedulian, dan ketulusan dalam hidup. Kelima, lingkungan pergaulan juga sangat memengaruhi iman seseorang. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk memilih teman yang bisa menguatkan makna iman, bukan sebaliknya. Sebagai seorang muslim, memahami makna iman bukanlah sekadar teori, melainkan sebuah kebutuhan. Iman harus dihidupkan dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan melalui amal perbuatan sehari-hari. Tanpa itu semua, iman hanya akan menjadi kata-kata kosong yang tidak memberikan manfaat bagi pemiliknya. Dengan memahami makna iman secara mendalam, seorang muslim akan mampu menjalani hidup dengan penuh ketenangan, kesabaran, dan rasa syukur. Ia juga akan lebih mudah menghadapi tantangan hidup, karena yakin bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang beriman. Oleh karena itu, mari kita jadikan makna iman sebagai pegangan utama dalam setiap langkah kehidupan. Dengan iman yang benar, hidup kita akan lebih terarah, ibadah kita lebih bermakna, dan hubungan kita dengan sesama manusia semakin harmonis.

29/08/2025 | admin

Pimpinan BAZNAS DIY Hadiri Rakornas BAZNAS 2025 di Jakarta
Pimpinan BAZNAS DIY Hadiri Rakornas BAZNAS 2025 di Jakarta
Jakarta – 26–29 Agustus 2025. Segenap pimpinan BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BAZNAS 2025 yang berlangsung di Jakarta. Agenda tahunan ini menjadi forum strategis untuk menyatukan visi, memperkuat sinergi, serta merumuskan langkah-langkah pengelolaan zakat nasional yang lebih efektif dan berdampak. Delegasi BAZNAS DIY yang hadir antara lain: Dra. Hj. Puji Astuti, M.Si – Ketua Dr. H. Munjahid, M.Ag – Wakil Ketua I H. Jazilus Sakhok, MA, Ph.D – Wakil Ketua II H. Nursya’bani Purnama, SE, M.Si – Wakil Ketua III H. Ahmad Lutfi, SS., MA – Wakil Ketua IV Rakornas ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional, termasuk Menteri Agama RI, Ketua MPR RI, serta pimpinan BAZNAS RI. Kehadiran para pemangku kebijakan tersebut menegaskan pentingnya penguatan kolaborasi antara pemerintah, legislatif, dan lembaga pengelola zakat dalam mendukung gerakan zakat nasional. Dalam forum Rakornas, para pimpinan BAZNAS se-Indonesia membahas berbagai isu strategis, mulai dari penguatan digitalisasi zakat, optimalisasi penghimpunan dan penyaluran zakat, hingga program-program pemberdayaan mustahik yang selaras dengan prioritas nasional, termasuk penanggulangan kemiskinan dan percepatan pembangunan berkelanjutan. Ketua BAZNAS DIY, Dra. Hj. Puji Astuti, M.Si, menyampaikan bahwa partisipasi dalam Rakornas ini menjadi momentum penting bagi BAZNAS DIY untuk semakin memperkuat perannya sebagai lembaga pengelola zakat yang profesional, transparan, dan inovatif. “Rakornas adalah forum strategis untuk menyamakan langkah antar-BAZNAS se-Indonesia. Melalui kegiatan ini, kami semakin yakin bahwa zakat dapat menjadi instrumen yang kuat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di DIY,” ujarnya. Dengan kehadiran penuh pimpinan, BAZNAS DIY berharap dapat terus memperkuat sinergi bersama BAZNAS RI, pemerintah pusat, dan lembaga zakat lainnya, sehingga pengelolaan zakat dapat memberikan manfaat lebih luas, tidak hanya di tingkat daerah tetapi juga secara nasional.

27/08/2025 | admin

Kerja keras Membuahkan Hasil, BAZNAS DIY Raih 7 Penghargaan Plus 2 untuk Gubernur DIY pada BAZNAS AWARD 2025
Kerja keras Membuahkan Hasil, BAZNAS DIY Raih 7 Penghargaan Plus 2 untuk Gubernur DIY pada BAZNAS AWARD 2025
Jakarta – Kamis, 28 Agustus 2025. Alhamdulillah, BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berhasil menorehkan sejarah baru dengan meraih tujuh penghargaan sekaligus pada ajang BAZNAS Award 2025 yang digelar oleh BAZNAS RI. Penghargaan ini menjadi bentuk apresiasi atas kinerja, inovasi, dan komitmen BAZNAS DIY dalam mengelola zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lain secara profesional dan berdampak nyata bagi masyarakat. Kategori Penghargaan yang Diraih Pada BAZNAS Award 2025, BAZNAS DIY berhasil menyabet penghargaan dalam tujuh kategori berikut: BAZNAS Provinsi Penanganan Stunting Terbaik – atas kontribusi nyata dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting melalui program kesehatan, gizi, dan pemberdayaan keluarga mustahik di DIY. BAZNAS Daerah dengan Koordinator (Influencer) Kantor Digital Terbaik Wilayah Barat – sebagai penggerak dan teladan dalam memaksimalkan digitalisasi kantor zakat di wilayah Barat Indonesia. BAZNAS Provinsi Kantor Digital Terbaik – berkat inovasi layanan berbasis teknologi digital, memudahkan muzaki untuk menunaikan zakat, infak, dan sedekah secara cepat, aman, dan transparan. BAZNAS Daerah dengan Pengguna SIMBALITE Terbaik Wilayah Barat – karena konsistensi dalam penggunaan aplikasi SIMBALITE untuk pelaporan dan monitoring yang akurat dan terintegrasi. BAZNAS Daerah dengan Koordinator (Influencer) SiMBA Terbaik Wilayah Barat – sebagai motor penggerak penggunaan aplikasi SiMBA di wilayah Barat dalam meningkatkan transparansi pengelolaan zakat. BAZNAS Provinsi Kategori C Perencanaan Terbaik – atas perencanaan strategis program pengelolaan dan penyaluran zakat yang efektif serta berorientasi pada pemberdayaan mustahik. BAZNAS Provinsi Pelaporan Terbaik – sebagai bentuk konsistensi dalam menjaga akuntabilitas dan transparansi laporan pengelolaan zakat kepada muzaki dan publik. Selain tujuh penghargaan yang berhasil diraih BAZNAS DIY, pada kesempatan yang sama, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, juga menerima dua penghargaan khusus dari BAZNAS RI. Penghargaan tersebut adalah: 1. Kepala Daerah Pendukung Digitalisasi Zakat – atas komitmen dan dukungan beliau dalam mendorong transformasi digital di sektor pengelolaan zakat, sehingga layanan zakat semakin mudah diakses oleh masyarakat luas. 2. Kepala Daerah Pendukung Gerakan Zakat Indonesia – sebagai bentuk apresiasi atas peran aktif Sri Sultan dalam mendukung gerakan zakat nasional, serta keterlibatan beliau dalam menggerakkan ASN dan masyarakat untuk menunaikan zakat, infak, dan sedekah melalui BAZNAS. Dengan capaian ini, total penghargaan yang dibawa pulang oleh DIY dalam ajang BAZNAS Award 2025 berjumlah sembilan penghargaan, sekaligus meneguhkan posisi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu daerah teladan dalam pengelolaan zakat di Indonesia. “Alhamdulillah, sembilan penghargaan ini merupakan karunia sekaligus amanah besar bagi BAZNAS DIY. Tujuh penghargaan yang kami terima sebagai lembaga ditambah dua penghargaan yang diberikan kepada Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, adalah bukti nyata kerja sama, sinergi, dan kepercayaan semua pihak—amil, muzaki, mustahik, pemerintah daerah, serta masyarakat luas,” ujarnya. Beliau menegaskan bahwa penghargaan ini tidak membuat BAZNAS DIY berpuas diri, melainkan menjadi pemacu semangat untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan, memperkuat transparansi, memperluas pemanfaatan digitalisasi zakat, serta menghadirkan program-program pemberdayaan yang lebih berdampak. “Kami berkomitmen menjaga amanah muzaki agar tersalurkan dengan tepat sasaran, sehingga zakat benar-benar menjadi instrumen penting dalam meningkatkan kesejahteraan umat, mengurangi kemiskinan, dan menguatkan keadilan sosial di Dearah Istimewa Yogyakarta,” tambahnya. Dengan capaian ini, BAZNAS DIY berharap dapat terus menjadi role model pengelolaan zakat yang profesional, akuntabel, dan inovatif di tingkat nasional, sekaligus memberi kontribusi nyata terhadap tercapainya visi besar BAZNAS: “Menjadi lembaga utama menyejahterakan umat.”

28/08/2025 | admin

Amalan yang Dianjurkan di Bulan Rabiul Awal
Amalan yang Dianjurkan di Bulan Rabiul Awal
Bulan Rabiul Awal merupakan salah satu bulan yang sangat istimewa bagi umat Islam. Di bulan inilah Nabi Muhammad SAW dilahirkan, sehingga banyak peristiwa bersejarah yang dikenang oleh kaum muslimin. Momentum ini dapat menjadi sarana untuk memperbanyak Amalan Rabiul Awal yang penuh berkah. Dengan melakukan amalan-amalan yang dianjurkan, seorang muslim bukan hanya mengenang sejarah, tetapi juga memperkuat kecintaan kepada Rasulullah SAW dan meningkatkan kualitas iman.Sebagai bulan kelahiran Rasulullah SAW, Rabiul Awal sering disebut juga sebagai bulan Maulid Nabi. Dalam tradisi umat Islam, berbagai ibadah dan amal kebaikan dilakukan untuk mengisi bulan ini. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim mengetahui apa saja Amalan Rabiul Awal yang dianjurkan agar bisa meraih keutamaan dan keberkahan dari Allah SWT.Artikel ini akan membahas secara lengkap beberapa Amalan Rabiul Awal yang bisa dikerjakan, dilengkapi dengan dalil dan penjelasan dari para ulama, sehingga menjadi panduan bagi umat Islam untuk mengamalkan ibadah di bulan mulia ini.1. Memperbanyak Shalawat kepada Rasulullah SAWSalah satu Amalan Rabiul Awal yang sangat dianjurkan adalah memperbanyak membaca shalawat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab: 56).Membaca shalawat tidak hanya diwajibkan, tetapi juga menjadi sarana mendekatkan diri kepada Rasulullah SAW. Dalam bulan Rabiul Awal, memperbanyak Amalan Rabiul Awal berupa shalawat menjadi salah satu wujud kecintaan kepada beliau.Selain itu, keutamaan shalawat sangat besar. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali." (HR. Muslim). Hal ini menunjukkan bahwa Amalan Rabiul Awal berupa shalawat bukan hanya mendatangkan pahala, tetapi juga mendatangkan rahmat dari Allah SWT.Mengajarkan keluarga untuk membaca shalawat juga sangat dianjurkan. Dengan membiasakan bacaan shalawat, rumah tangga akan senantiasa dipenuhi keberkahan. Maka dari itu, memperbanyak Amalan Rabiul Awal berupa shalawat menjadi sarana melestarikan sunnah Rasulullah SAW di tengah kehidupan sehari-hari.Dalam sejarah Islam, para ulama dan wali Allah selalu menekankan pentingnya shalawat, terutama di bulan Rabiul Awal. Oleh karena itu, memperbanyak shalawat termasuk Amalan Rabiul Awal yang seharusnya tidak ditinggalkan oleh umat Islam.2. Memperbanyak Membaca Al-Qur’anMembaca Al-Qur’an adalah ibadah yang tidak mengenal waktu. Namun, menjadikannya sebagai Amalan Rabiul Awal memiliki keutamaan tersendiri. Di bulan ini, seorang muslim dapat memperbanyak tilawah, tadabbur, dan mengamalkan isi Al-Qur’an.Al-Qur’an merupakan pedoman hidup umat Islam. Membaca Al-Qur’an dengan tartil menjadi amalan yang berpahala besar. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu akan dilipatgandakan menjadi sepuluh." (HR. Tirmidzi). Dengan demikian, memperbanyak membaca Al-Qur’an sebagai Amalan Rabiul Awal adalah bentuk nyata cinta kepada kitab suci.Selain membaca, mengkaji tafsir dan makna Al-Qur’an juga penting. Menghadirkan majelis taklim atau tadarus bersama keluarga dan masyarakat dapat memperkuat ikatan ukhuwah Islamiyah. Dengan begitu, Amalan Rabiul Awal ini tidak hanya memberi manfaat pribadi, tetapi juga mempererat persaudaraan antar sesama muslim.Kegiatan membaca Al-Qur’an di bulan Rabiul Awal juga menjadi wujud syukur atas lahirnya Rasulullah SAW yang membawa wahyu. Tanpa beliau, umat manusia tidak akan mengenal petunjuk Allah. Oleh karena itu, menjadikan tilawah sebagai Amalan Rabiul Awal merupakan cara terbaik untuk menghidupkan semangat Islam.Seorang muslim yang membiasakan membaca Al-Qur’an di bulan Rabiul Awal akan merasakan ketenangan batin. Hal ini karena Al-Qur’an adalah penawar hati yang gundah. Maka dari itu, memperbanyak membaca Al-Qur’an menjadi Amalan Rabiul Awal yang mendatangkan rahmat dan cahaya kehidupan.3. Memperkuat Sedekah dan Amal SosialSedekah adalah salah satu Amalan Rabiul Awal yang dianjurkan, sebagaimana bulan-bulan lainnya. Rasulullah SAW adalah pribadi yang sangat dermawan, terlebih pada bulan-bulan mulia. Meneladani sifat beliau dapat diwujudkan dengan memperbanyak sedekah.Sedekah bisa berupa harta, tenaga, atau ilmu yang bermanfaat. Dalam bulan Rabiul Awal, umat Islam bisa menjadikan sedekah sebagai Amalan Rabiul Awal untuk membantu fakir miskin, anak yatim, atau orang-orang yang membutuhkan. Hal ini selaras dengan firman Allah SWT: "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai ada seratus biji." (QS. Al-Baqarah: 261).Amal sosial lain yang bisa dilakukan adalah memberikan makanan kepada sesama. Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah yang memberi makan." (HR. Ahmad). Dengan demikian, memberi makan orang lain juga termasuk Amalan Rabiul Awal yang penuh pahala.Selain itu, menyantuni anak yatim menjadi amalan utama. Rasulullah SAW pernah bersabda: "Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini," lalu beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya, serta merenggangkan keduanya. (HR. Bukhari). Oleh karena itu, menyantuni anak yatim sebagai Amalan Rabiul Awal dapat mendekatkan seorang muslim dengan Rasulullah SAW di akhirat.Sedekah tidak hanya bermanfaat bagi penerima, tetapi juga bagi pemberi. Dengan memperbanyak sedekah di bulan ini, seorang muslim menjadikan Amalan Rabiul Awal sebagai sarana pembersih hati dan rezeki.4. Meneladani Akhlak Rasulullah SAWRabiul Awal adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Maka, salah satu Amalan Rabiul Awal yang utama adalah meneladani akhlak beliau. Rasulullah SAW adalah teladan terbaik sebagaimana firman Allah SWT: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS. Al-Ahzab: 21).Meneladani akhlak Rasulullah SAW berarti mencontoh perilaku beliau dalam kehidupan sehari-hari. Sifat jujur, amanah, sabar, dan kasih sayang merupakan akhlak mulia yang harus ditanamkan. Dengan demikian, menjadikan akhlak Rasulullah sebagai Amalan Rabiul Awal adalah wujud nyata cinta kepada beliau.Dalam kehidupan bermasyarakat, seorang muslim yang meneladani akhlak Rasulullah akan menjadi pribadi yang bermanfaat. Misalnya, berlaku adil, menjaga lisan, dan menebarkan salam. Semua itu bisa dimasukkan dalam Amalan Rabiul Awal sebagai bagian dari pengamalan sunnah.Meneladani akhlak Rasulullah SAW juga penting dalam rumah tangga. Beliau adalah suami yang penuh kasih sayang dan ayah yang penyayang. Dengan menjadikan sikap beliau sebagai contoh, Amalan Rabiul Awal dalam keluarga akan menciptakan keharmonisan.Selain itu, dalam dunia kerja, seorang muslim yang berakhlak mulia akan dipercaya oleh banyak orang. Dengan demikian, meneladani akhlak Rasulullah SAW sebagai Amalan Rabiul Awal membawa keberkahan dalam kehidupan sosial maupun ekonomi.Bulan Rabiul Awal adalah bulan penuh sejarah dan keberkahan. Mengisi bulan ini dengan berbagai Amalan Rabiul Awal merupakan bentuk rasa syukur sekaligus wujud cinta kepada Rasulullah SAW. Mulai dari memperbanyak shalawat, membaca Al-Qur’an, memperkuat sedekah, hingga meneladani akhlak Nabi, semuanya adalah amalan yang bisa dilakukan oleh setiap muslim.Dengan istiqamah menjalankan Amalan Rabiul Awal, seorang muslim akan merasakan manfaatnya baik di dunia maupun akhirat. Bulan ini menjadi momentum penting untuk memperbaiki diri, meningkatkan iman, dan memperkuat hubungan dengan Allah SWT serta sesama manusia.Oleh karena itu, marilah kita isi bulan ini dengan memperbanyak ibadah, amal kebaikan, dan meneladani akhlak Rasulullah SAW. Dengan begitu, Amalan Rabiul Awal yang kita lakukan akan menjadi wasilah menuju keridaan Allah dan syafaat Nabi Muhammad SAW di hari akhir.

28/08/2025 | admin

Pengertian Ihsan: Arti, Makna, dan Hakikatnya yang Mendalam dalam Islam
Pengertian Ihsan: Arti, Makna, dan Hakikatnya yang Mendalam dalam Islam
Dalam ajaran Islam, terdapat tiga pondasi utama yang menjadi pedoman dalam kehidupan seorang muslim, yaitu iman, Islam, dan ihsan. Ketiganya membentuk kesempurnaan ibadah serta akhlak seorang hamba kepada Allah SWT. Jika iman berkaitan dengan keyakinan, Islam berhubungan dengan amal perbuatan, maka ihsan adalah puncak kesempurnaan ibadah seorang hamba.Konsep ihsan sangat penting karena ia menyentuh dimensi terdalam dari hubungan manusia dengan Allah SWT, sekaligus membentuk akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Banyak umat Islam memahami ihsan sebatas berbuat baik kepada sesama, padahal hakikatnya jauh lebih dalam. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang pengertian ihsan, arti dan maknanya, serta bagaimana hakikat ihsan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim.Pengertian Ihsan dalam IslamDalam bahasa Arab, ihsan adalah bentuk mashdar dari kata “ahsana” yang berarti berbuat baik, memperindah, atau memberikan yang terbaik. Secara istilah, ihsan dipahami sebagai kesadaran seorang hamba dalam beribadah seolah-olah melihat Allah, dan jika tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Allah selalu melihatnya.Pengertian ini berasal dari hadis Jibril yang terkenal, ketika malaikat Jibril bertanya kepada Rasulullah SAW tentang ihsan. Beliau menjawab:"Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Bukhari dan Muslim).Dengan demikian, ihsan adalah sikap batin yang menghadirkan rasa muraqabah (merasa diawasi Allah) sehingga seorang muslim senantiasa berhati-hati dalam ucapan, perbuatan, dan niatnya. Ihsan tidak hanya berlaku dalam ibadah mahdhah (ritual), tetapi juga dalam muamalah sosial.Lebih dari itu, ihsan adalah tingkatan spiritual yang mengajarkan keikhlasan. Seorang muslim yang berihsan tidak hanya menjalankan kewajiban, tetapi juga melakukannya dengan kualitas terbaik, penuh kesungguhan, dan tanpa pamrih selain ridha Allah SWT.Jika dirangkum, maka ihsan adalah sebuah nilai yang mengajarkan kesempurnaan dalam beribadah, kebaikan dalam bermuamalah, serta keindahan dalam berakhlak. Ia menjadi pelengkap iman dan Islam agar seorang muslim meraih derajat mulia di sisi Allah SWT.Makna Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hariTidak dapat dipungkiri bahwa ihsan adalah nilai penting yang memengaruhi perilaku seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari. Makna ihsan bukan hanya dalam aspek ibadah formal seperti shalat, puasa, dan zakat, tetapi juga dalam segala bentuk interaksi sosial, pekerjaan, dan hubungan antarmanusia.Pertama, dalam ibadah, ihsan adalah dorongan untuk melaksanakan shalat dengan khusyuk, berpuasa dengan penuh kesadaran, serta menunaikan zakat dengan ikhlas tanpa mengharap balasan duniawi. Hal ini menjadikan ibadah lebih berkualitas dan bermakna.Kedua, dalam pekerjaan, ihsan adalah melakukan setiap tugas dengan penuh tanggung jawab, disiplin, dan memberikan hasil yang terbaik. Seorang muslim yang berihsan tidak akan bekerja asal-asalan, sebab ia yakin setiap amal perbuatannya kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.Ketiga, dalam hubungan sosial, ihsan adalah berbuat baik kepada sesama manusia, bahkan kepada mereka yang pernah menyakiti kita. Al-Qur’an mengajarkan bahwa membalas keburukan dengan kebaikan merupakan salah satu wujud ihsan yang paling tinggi.Keempat, dalam menjaga lingkungan, ihsan adalah kesadaran bahwa manusia sebagai khalifah di bumi harus merawat alam dengan baik. Menghindari kerusakan dan menjaga kelestarian lingkungan termasuk bagian dari praktik ihsan.Dengan demikian, makna ihsan adalah sebuah kesadaran menyeluruh untuk selalu menghadirkan kebaikan, keindahan, dan kualitas terbaik dalam seluruh aspek kehidupan, baik ibadah kepada Allah maupun hubungan dengan sesama makhluk.Hakikat Ihsan Menurut Al-Qur’an dan HadisUntuk memahami lebih dalam, kita perlu merujuk pada sumber utama Islam. Al-Qur’an berulang kali menekankan pentingnya ihsan. Dalam QS. An-Nahl &lt;16&gt;: 90, Allah berfirman:"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat ihsan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."Ayat ini menegaskan bahwa ihsan adalah salah satu perintah utama Allah SWT selain berlaku adil. Hal ini menunjukkan posisi istimewa ihsan dalam ajaran Islam.Selain itu, dalam hadis Rasulullah SAW juga banyak disebutkan tentang ihsan. Salah satunya sabda beliau:"Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan dalam segala hal..." (HR. Muslim).Hadis ini menegaskan bahwa ihsan adalah kewajiban yang berlaku universal, mencakup semua aspek kehidupan, bukan hanya terbatas pada ibadah ritual. Bahkan dalam hal sederhana seperti menyembelih hewan, Islam mengajarkan untuk melakukannya dengan penuh kelembutan agar tidak menyakiti hewan tersebut.Dari dalil-dalil tersebut, jelaslah bahwa ihsan adalah ajaran yang mencerminkan kesempurnaan akhlak Islam. Ia bukan sekadar pilihan, melainkan kewajiban yang harus diupayakan oleh setiap muslim.Ihsan sebagai Jalan Menuju Derajat TertinggiDalam tatanan spiritual Islam, ihsan adalah puncak dari kesempurnaan iman dan Islam. Seorang muslim yang berusaha mencapai derajat ihsan akan merasakan kedekatan luar biasa dengan Allah SWT.Pertama, ihsan adalah jalan untuk mencapai keikhlasan sejati. Orang yang berihsan tidak akan peduli pada pujian atau celaan manusia, sebab ia hanya mengharap ridha Allah.Kedua, ihsan adalah pengingat bahwa Allah selalu mengawasi. Dengan kesadaran ini, seorang muslim akan selalu menjaga dirinya dari perbuatan dosa, meskipun tidak ada manusia yang melihat.Ketiga, ihsan adalah sumber ketenangan jiwa. Seseorang yang selalu merasa diawasi Allah akan lebih sabar, tawakal, dan tidak mudah goyah dalam menghadapi ujian hidup.Keempat, ihsan adalah kunci menuju kebahagiaan abadi di akhirat. Allah menjanjikan balasan yang berlipat ganda kepada orang-orang yang berbuat ihsan. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Yunus &lt;10&gt;: 26, “Bagi orang-orang yang berbuat ihsan ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.”Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa ihsan adalah jalan spiritual menuju derajat tertinggi di sisi Allah, yakni menjadi hamba yang dicintai dan diridhai-Nya.Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ihsan adalah puncak kesempurnaan dalam Islam yang mencakup ibadah, akhlak, dan perilaku sehari-hari. Ihsan mengajarkan seorang muslim untuk selalu merasa diawasi Allah, berbuat baik dengan kualitas terbaik, serta menebarkan kebaikan kepada sesama makhluk.Lebih dari sekadar konsep, ihsan adalah amalan nyata yang harus diwujudkan dalam kehidupan. Ia menjadi tolok ukur kesungguhan seorang muslim dalam menjalankan iman dan Islam. Semakin tinggi kualitas ihsan seseorang, semakin dekat ia dengan derajat takwa yang sejati.Sebagai penutup, marilah kita berusaha mengamalkan nilai-nilai ihsan dalam setiap aspek kehidupan. Karena pada hakikatnya, ihsan adalah jalan menuju kedekatan dengan Allah dan kebahagiaan abadi di akhirat.

28/08/2025 | admin

Apa Itu Ihsan, Mengenal Tingkatan Tertinggi Ibadah dalam Islam
Apa Itu Ihsan, Mengenal Tingkatan Tertinggi Ibadah dalam Islam
Dalam ajaran Islam, terdapat tiga pilar utama yang menjadi landasan agama, yaitu iman, Islam, dan ihsan. Jika iman berkaitan dengan keyakinan dalam hati, dan Islam terkait dengan amalan lahiriah berupa syariat, maka ihsan adalah tingkatan tertinggi yang menyempurnakan keduanya. Konsep ihsan tidak hanya membimbing umat Islam dalam beribadah kepada Allah SWT, tetapi juga dalam bersikap kepada sesama manusia dan seluruh makhluk ciptaan-Nya.Banyak umat Islam yang sudah familiar dengan kata ihsan, namun belum memahami secara mendalam arti, makna, dan hakikatnya. Padahal, ihsan adalah kunci untuk meraih derajat hamba yang mulia di sisi Allah SWT. Artikel ini akan membahas apa itu ihsan, bagaimana pengertiannya dalam Islam, kedudukannya dalam ibadah, contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, hingga manfaat yang dapat dirasakan oleh seorang muslim yang berusaha mengamalkan ihsan.Pengertian Ihsan Menurut IslamSecara bahasa, kata ihsan berasal dari bahasa Arab "ahsana–yuhsinu" yang berarti melakukan sesuatu dengan baik, sempurna, atau memberikan kebaikan. Dalam terminologi Islam, ihsan memiliki makna yang sangat dalam dan berkaitan erat dengan kualitas ibadah seorang muslim. Rasulullah SAW menjelaskan pengertian ihsan dalam sebuah hadis masyhur yang diriwayatkan Imam Muslim, ketika beliau ditanya oleh Malaikat Jibril tentang apa itu ihsan. Beliau bersabda:"Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Muslim).Definisi ini menunjukkan bahwa ihsan adalah bentuk penghayatan spiritual tertinggi dalam Islam, di mana seorang hamba merasakan kehadiran Allah SWT dalam setiap ibadah dan aktivitas kehidupannya. Dengan ihsan, seorang muslim tidak hanya melaksanakan ibadah secara lahiriah, tetapi juga dengan hati yang penuh keikhlasan dan kesungguhan.Lebih jauh, ihsan juga mencakup hubungan antar manusia. Seorang muslim yang memiliki sifat ihsan akan memperlakukan sesamanya dengan adil, penuh kasih, dan berusaha memberi manfaat. Oleh karena itu, ihsan bukan hanya terbatas pada dimensi vertikal (hablum minallah), tetapi juga pada dimensi horizontal (hablum minannas).Para ulama menjelaskan bahwa ihsan merupakan tingkatan tertinggi dalam agama, setelah iman dan Islam. Dengan kata lain, seorang muslim belum sempurna keislamannya jika belum mengamalkan ihsan dalam kehidupannya.Kedudukan Ihsan dalam IbadahDalam Islam, ibadah tidak hanya dipandang dari segi kuantitas, tetapi juga kualitas. Di sinilah letak pentingnya ihsan. Ibadah yang dilakukan dengan ihsan akan memiliki nilai yang lebih tinggi karena dilandasi oleh kesadaran penuh akan kehadiran Allah SWT.Pertama, ihsan menjadikan ibadah lebih khusyuk. Ketika seorang muslim melaksanakan salat dengan penuh kesadaran bahwa Allah sedang melihatnya, maka salat itu tidak hanya menjadi rutinitas, melainkan sarana mendekatkan diri kepada Allah. Inilah yang dimaksud dengan salat yang bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an (QS. Al-Ankabut: 45).Kedua, ihsan memberikan nilai keikhlasan. Banyak ibadah yang tampak besar secara lahiriah, namun jika dilakukan tanpa ihsan, nilainya bisa berkurang di sisi Allah. Sebaliknya, ibadah kecil yang dilakukan dengan penuh ihsan bisa menjadi amalan yang besar nilainya.Ketiga, ihsan dalam ibadah mendorong seorang muslim untuk selalu menjaga konsistensi amal salehnya. Orang yang beribadah dengan ihsan tidak mudah futur (lemah iman), karena ia menyadari bahwa Allah selalu mengawasi.Keempat, ihsan dalam ibadah juga melatih hati untuk selalu bersyukur. Setiap sujud, doa, dan zikir yang dilakukan dengan ihsan akan semakin menguatkan rasa syukur seorang muslim terhadap nikmat Allah SWT.Kelima, ihsan menjadikan seorang muslim lebih berhati-hati dalam amalannya. Ia tidak hanya menjalankan ibadah wajib, tetapi juga berusaha memperbanyak ibadah sunnah, karena ingin mendapatkan keridaan Allah SWT secara maksimal.Contoh Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hariKonsep ihsan bukan hanya berlaku di dalam ibadah ritual, melainkan juga dalam kehidupan sehari-hari. Islam mengajarkan agar setiap aktivitas seorang muslim dihiasi dengan ihsan, sehingga semua perbuatannya bernilai ibadah di sisi Allah.Pertama, ihsan dalam bekerja. Seorang muslim yang bekerja dengan penuh tanggung jawab, jujur, dan amanah sedang mempraktikkan ihsan. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila melakukan suatu pekerjaan, ia melakukannya dengan itqan (profesional dan sempurna).” (HR. Thabrani).Kedua, ihsan dalam keluarga. Suami yang memperlakukan istrinya dengan penuh kasih sayang, orang tua yang mendidik anak dengan sabar, atau anak yang berbakti kepada orang tua, semuanya adalah wujud nyata ihsan dalam kehidupan rumah tangga.Ketiga, ihsan dalam bermuamalah. Islam menganjurkan umatnya untuk bertransaksi dengan adil, tidak menipu, dan tidak mengambil hak orang lain. Sikap ihsan dalam bermuamalah akan menciptakan masyarakat yang harmonis dan saling percaya.Keempat, ihsan terhadap lingkungan. Seorang muslim yang menjaga alam, tidak merusak, dan peduli terhadap kebersihan lingkungan juga sedang mengamalkan ihsan. Rasulullah SAW bahkan melarang umatnya menyiksa hewan atau menebang pohon sembarangan, sebagai bagian dari ajaran ihsan.Kelima, ihsan dalam membantu sesama. Menolong orang miskin, menyantuni anak yatim, dan bersedekah kepada yang membutuhkan adalah praktik nyata dari ihsan. Bahkan tersenyum kepada saudara muslim pun dihitung sebagai sedekah dan merupakan bagian dari ihsan.Manfaat Mengamalkan Ihsan dalam KehidupanMengamalkan ihsan memberikan banyak manfaat, baik untuk kehidupan dunia maupun akhirat. Manfaat ini tidak hanya dirasakan oleh individu yang melakukannya, tetapi juga bagi masyarakat secara luas.Pertama, ihsan mendatangkan ketenangan hati. Seorang muslim yang selalu merasa diawasi oleh Allah akan terhindar dari rasa gelisah, karena ia yakin bahwa Allah selalu bersamanya.Kedua, ihsan memperbaiki hubungan sosial. Orang yang memiliki sifat ihsan akan disenangi banyak orang karena selalu berbuat kebaikan, adil, dan tidak menyakiti orang lain.Ketiga, ihsan membuka pintu rezeki. Allah SWT menjanjikan keberkahan rezeki bagi hamba-Nya yang senantiasa berbuat ihsan, sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat ihsan.” (QS. An-Nahl: 128).Keempat, ihsan melahirkan masyarakat yang harmonis. Jika setiap muslim berusaha mengamalkan ihsan dalam kehidupannya, maka akan tercipta lingkungan yang penuh kasih sayang, saling membantu, dan menjauhi permusuhan.Kelima, ihsan menjadikan seorang muslim lebih dekat dengan Allah. Hamba yang selalu berusaha beribadah dengan ihsan akan merasakan manisnya iman, karena hatinya senantiasa terhubung dengan Allah SWT.Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa ihsan adalah tingkatan tertinggi dalam Islam yang menjadi penyempurna iman dan Islam. Ihsan bukan hanya terkait dengan kualitas ibadah kepada Allah SWT, tetapi juga menyangkut sikap terhadap sesama manusia dan alam sekitar. Seorang muslim yang mengamalkan ihsan akan menjadi pribadi yang lebih ikhlas, khusyuk, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi orang lain.Oleh karena itu, marilah kita berusaha meningkatkan kualitas ibadah dan kehidupan sehari-hari dengan semangat ihsan. Dengan demikian, kita tidak hanya akan meraih keberkahan hidup di dunia, tetapi juga kebahagiaan abadi di akhirat.

27/08/2025 | admin

Info Rekening Zakat

Info Rekening Zakat

Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.

BAZNAS

Info Rekening Zakat